Jakarta – Hasil analisis sementara ahli dari Institut Teknologi Bandung (ITB), tsunami di Palu disebabkan adanya longsoran bawah laut. Longsoran ini terjadi saat gempa berkekuatan 7,4 SR mengguncang Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9).
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, melalui akun twitter @Sutopo_PN mengatakan analisis yang dilakukan ahli tsunami ITB berdasarkan modeling dan kajian sebelumnya. “Teluk Palu dan pesisir Donggala memang rawan tsunami,” tulis Sutopo.
Analisis geologi penyebab gempa di Sesar Palu Koro diikuti tsunami menerjang Kota Palu. Sesar ini sangat aktif bergerak dan melintas Kota Palu. Adanya mekanisme gerak ke atas dan kemungkinan longsor bawah laut menyebabkan tsunami. Para ahli masih melakukan kajian.
Sutopo menginformasikan kondisi pantai di Kota Palu pascatsunami mengalami kerusakan cukup parah. Bangunan hancur dan rata tanah. Beberapa korban meninggal ditemukan akibat gempa dan diterjang tsunami. Evakuasi terus dilakukan.
Runway Bandara Palu dengan panjang 2000 x 45 meter dalam kondisi baik. Tidak ada kerusakan di runway, sehingga pesawat Hercules, ATR 72 dan private jet bisa landing.
Hasil pemutakhiran Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa donggala terjadi pada Jumat (28/9) pukul 17.02.44 WIB berkekuatan 7,4 SR (sebelumnya 7,7 SR).
Gempa berpusat di 26 kilometer Utara Donggala. Hasil pemodelan BMKG, gempa ini berpotensi menimbulkan tsunami dengan level tertinggi Siaga di Donggala Barat.
Dalam keterangan tertulis, Deputi Bidang Geofisika BMKG Dr Ir Muhamad Sadly, MEng mengatakan, berdasarkan hasil update mekanisme sumber gempa yang bertipe mendatar (strike slip) dan hasil observasi ketinggian gelombang tsunami, serta telah terlewatinya perkiraan waktu kedatangan tsunami, maka Peringatan Dini Tsunami (PDT) ini diakhiri pada pukul 17.36.12 WIB.*
Komentar tentang post