Darilaut – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus memperkuat Sistem Peringatan Dini Multibahaya Geo-Hidrometeorologi, khususnya untuk peringatan dini tsunami dan cuaca ekstrem, serta badai tropis. Khusus InaTEWS untuk peringatan dini tsunami, dapat dimanfaatkan di 25 negara sepanjang pantai Samudera Hindia dan 10 negara ASEAN.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, mengatakan, sistem tersebut terus dikembangkan dan diperkuat dengan super komputer, kecerdasan artifisial (artificial intelegent), internet of things dan big data, serta diiringi program pengembangan SDM unggul berkelas dunia.
Hal ini dilakukan agar sistem informasi yang dihasilkan BMKG “jauh lebih handal, dan Peringatan Dini yang disebarluaskan jauh lebih cepat, tepat, akurat dan luas jangkauannya,” kata Dwikorita, di Bali, Jumat (1/2). Dwikorita berada di Bali untuk peletakan batu pertama pembangunan Gedung Multi Hazard Early Warning System atau Sistem Peringatan Dini Multibahaya.
Dwikorita menjelaskan, mulai tahun 2022, melalui Project Indonesia Disaster Resilience Innitiative (IDRIP) yang didanai oleh World Bank, BMKG menargetkan di tahun 2026 Peringatan Dini Tsunami dapat disebarluaskan dalam waktu tiga menit setelah terjadi gempabumi.
Sedangkan peringatan dini cuaca ekstrem ditargetkan dapat disebarluaskan dalam waktu sepekan, tiga hari hingga tiga jam sebelum kejadian. Sementara peringatan dini anomali Iklim disebarluaskan dalam waktu enam bulan sebelum kejadian, dengan akurasi 90%.