Khusus sistem peringatan dini gempabumi dan tsunami, kata Dwikorita, BMKG terus merapatkan jaringan sensor-sensor pendeteksian gempabumi, membangun prototype Sistem Peringatan Dini Gempabumi, membangun Sistem Processing Gempabumi dan Pemodelan Tsunami Merah Putih yang diperkuat dengan AI, IOT, BIG Data dan super komputer.
Sebagai informasi, sebelumnya Dwikorita Karnawati juga melakukan peletakan batu pertama pembangunan Gedung Pusat Multi Hazard Early Warning System di Kompleks Kantor BMKG di Kemayoran, Jakarta.
Sarana gedung yang dibangun tersebut merupakan pusat peringatan dini multibahaya geo-hidrometeorologi, yang meliputi Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS), Indonesia Meteorology Early Warning System (InaMEWS), Indonesia Climate Early Warning System (InaCEWS) dan Indonesia Earthquake Early Warning System (InaEEWS).
Gedung tersebut direncanakan beroperasional penuh pada tahun 2026 mendatang. Nantinya, gedung tersebut akan beroperasi penuh selama 24 Jam 7 Hari.
Gedung Multi Hazard Early Warning System, baik yang keberadaanya di Bali maupun Jakarta, dalam pembangunannya, kata Dwikorita, menerapkan teknologi khusus untuk bangunan tahan gempa serta dipasang Base Isolator di atas fondasinya.
Pembangunan gedung beserta sistemnya ini, baik yang di Kemayoran Jakarta dan Denpasar Bali, untuk menjawab tantangan planet Bumi yang semakin kompleks. “Terlebih, frekuensi, durasi, dan intensitas kejadian bencana terus meningkat signifikan dari tahun ke tahun,” ujarnya.