Darilaut – Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University Prof Dr Hadi S Alikodra mengatakan kondisi bumi saat ini sedang sakit kronis.
Ini dibuktikan dengan banyaknya bencana alam yang terjadi. Tidak hanya di dalam negeri, namun juga terjadi di seluruh dunia.
Seperti dilansir Ipb.ac.id, dibutuhkan upaya umat untuk membumikan Ekosofi atau Ecologycal Philosophy, sebuah Era Baru Konservasi.
Hal ini dijelaskan Prof Alikodra dalam acara Webinar 11 th Fahutan Talks Series, Rabu (3/2). Prof Alikodra yang membedah buku karyanya dengan judul Era Baru Konservasi, salah satunya berisi tentang Ekosofi.
Prinsip Ekosofi merupakan filosofi keseimbangan yang bijak berlandaskan kesatuan utuh tiga dimensi. Yaitu intelektual, spiritual, dan emosional.
“Grand strategi agama, diturunkan menjadi etika ekosofi sebagai gerakan menyelamatkaan bumi beserta isinya,” ujarnya.
Prof Alikodra berharap Ekosofi ini menjadi mata ajaran wajib di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga perguruan tinggi.
Mengenai Ekosofi, Rektor IPB University Prof Dr Arif Satria mengatakan agama-agama di dunia sudah berbicara tentang ekologi, sebuah kerangka etik interaksi dengan alam. Hanya saja persoalannya selama ini adalah eksistensi kita selalu dikaitkan pada dua hal. Hubungan manusia dengan manusia (hablum minanas) dan hubungan manusia dengan Allah (hablum minAllah).
“Kita seringkali melupakan hubungan manusia dengan alam (hablum minal alam). Hubungan dengan alam ini jarang kita ungkap. Oleh karena itu, relasi dominasi manusia atas alam, berujung kerusakan alam,” kata Rektor Arif Satria, seperti dikutip dari Ipb.ac.id.
Buku Era Baru Konservasi karya Prof Alikodra, menurut Rektor, menjadi penting agar Ekosofi masuk dalam kerangka yang membumi.
Dalam pengelolaan sumberdaya alam, ada tiga pilar yang harus digunakan. Pilar normatif, pandangan tentang dunia atau world view dan kognitif atau pilar ilmu.
Menurut Arif, dalam pilar normatif ini siapa yang mengisi. Siapa yang dominan, maka akan berdampak ke pilar regulatif, wujud dari world view. Apabila Ekosofi ini sudah menjadi world view atau paradigma, maka kebijakan-kebijakan pun akan diisi oleh kebijakan pro lingkungan dan yang ke tiga adalah pilar kognitif atau pilar ilmu.
Arif mengatakan, diperlukan reideologi atas alam. Etika tidak hanya berlaku untuk manusia tapi juga etika berlaku untuk alam.
Semua agama, kata Rektor, menggali nilai-nilai dasar kerangka etik. Perlu dorongan agar khutbah pemuka agama bisa bicara tentang perubahan iklim dan kaitannya hubungan manusia dengan alam. Selain itu diperlukan reorientasi policy, kebijakan-kebijakan yang menghijaukan serta ilmu-ilmu tentang green sains.
Direktur Jenderal Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Wiratno mengatakan buku ini mencakup hampir semua aspek analisis. Mulai dari satwa liar, pembangunan berkelanjutan, konflik pembangunan, sumberdaya alam, etika dan moral lingkungan, Ekosofi, kehidupan berkelanjutan dan sebagainya.
Turut serta memberikan tanggapan terhadap buku Era Baru Konservasi Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim Indonesia Sarwono Kusumaadmadja, Anggota Dewan Pertimbangan Kalpataru Aca Sugandi, Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata IPB University Dr Nyoto Santoso.
Komentar tentang post