redaksi@darilaut.id
Senin, 30 Januari 2023
26 °c
Jakarta
28 ° Sab
27 ° Ming
28 ° Sen
27 ° Sel
Dari Laut Indonesia
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Masuk
  • Daftar
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Pemilu dan Pemilihan
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Pemilu dan Pemilihan
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Dari Laut
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil

Home » Berita » Ilmuwan Temukan Rumput Laut Sebagai Peredam Suara yang Ramah Lingkungan

Ilmuwan Temukan Rumput Laut Sebagai Peredam Suara yang Ramah Lingkungan

redaksi redaksi
16 Juli 2022
Kategori : Berita, Ide & Inovasi
Proses pengeringan hasil budidaya rumput laut di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. FOTO: DARILAUT.ID

Proses pengeringan hasil budidaya rumput laut di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. FOTO: DARILAUT.ID

Darilaut – Sejumlah ilmuwan di India menemukan bahan yang berasal dari rumput laut (seaweed) sebagai bahan untuk peredam suara.

Biasanya bahan peredam suara terbuat dari plastik yang tidak mudah didaur ulang. Sementara bahan berbasis rumput laut ini mampu menyerap suara dan ramah lingkungan.

“Kami menyelidiki penggunaan film komposit berbasis agar-agar yang diturunkan dari rumput laut sebagai peredam suara,” tulis peneliti Surendra Kumar dan rekan, yang telah mempublikasikan hasil temuan tersebut di American Chemical Society – Sustainable Chemistry & Engineering, 23 Juni 2022.

Hasil penelitian, koefisien penyerapan akustik yang diukur menggunakan metode fungsi transfer dua mikrofon mengungkapkan bahwa film berpori efektif dalam penyerapan suara. Penambahan gliserol meningkatkan penyerapan suara.

Mengutip Phys.org (14/7) dari pesawat terbang hingga apartemen, sebagian besar ruang kini dirancang dengan bahan penyerap suara. Hal ini untuk membantu meredam suara dengung, gema, dan gumaman dalam kehidupan sehari-hari.

Tetapi sebagian besar bahan akustik yang dapat meredam suara manusia, lalu lintas, dan musik terbuat dari busa plastik yang tidak mudah didaur ulang atau terdegradasi.

Mengontrol dan mengoptimalkan cara suara bergerak di seluruh ruangan adalah kunci untuk menciptakan ruang fungsional. Panel akustik busa adalah solusi umum, dan tersedia dalam berbagai bahan dan ketebalan yang disesuaikan dengan kebutuhan suara tertentu.

Sebagian besar busa ini, bagaimanapun, terbuat dari poliuretan dan polimer lain yang berasal dari minyak mentah atau gas serpih.

Untuk menghindari petrokimia, para peneliti telah mengeksplorasi alternatif penyerap suara yang lebih terbarukan dan dapat terurai secara hayati. Tetapi banyak pilihan saat ini dibuat dari serat tumbuhan yang tidak secara efektif meredam suara dalam rentang frekuensi suara yang paling berguna, atau terlalu tebal atau berat untuk dibuat.

Para peneliti mengembangkan bahan biodegradable yang berasal dari tumbuhan yang mudah dibuat dan dapat menyerap berbagai suara.

Tim peneliti membuat film tipis agar-agar, bahan seperti agar-agar yang berasal dari rumput laut, bersama dengan bahan tambahan nabati lainnya dan memvariasikan ketebalan dan porositas film.

Setelah menjalankan materi melalui serangkaian tes, para peneliti mengukur seberapa baik film meredam suara di berbagai frekuensi —dari dengungan bass hingga yang melengking.

Tim membuat tabung suara dengan menempatkan speaker di salah satu ujungnya, dan film uji dipasang di ujung lainnya. Mikrofon di tengah tabung mengukur jumlah suara yang dipancarkan oleh speaker dan jumlah suara yang dipantulkan dari film.

Eksperimen-eksperimen ini menunjukkan bahwa film berpori yang dibuat dengan konsentrasi agar-agar tertinggi memiliki kualitas penyerap suara terbesar dan berkinerja serupa dengan busa akustik tradisional.

Para peneliti berencana untuk mengeksplorasi cara untuk memodifikasi film agar-agar untuk memberi sifat lain yang diinginkan, seperti tahan api, dan akan mengeksplorasi bahan film yang diturunkan secara biologis.

Sumber: Phys.org dan Pubs.acs.org

Tags: IndiaPeredam SuaraRamah LingkunganRiset KelautanRumput Laut
Bagikan9Tweet1KirimKirim

Berlangganan untuk menerima notifikasi berita terbaru Dari Laut Indonesia

Berhenti Berlangganan

Related Posts

Ilustrasi bibit siklon tropis. GAMBAR: ZOOM.EARTH
Berita

4 Bibit Siklon Tropis di Dekat Wilayah Indonesia

29 Januari 2023
Rumah yang mengalami kerusakan karena terdampak banjir di Jalan Raya Bailang, Lingkungan 1, Kelurahan Bailang, Kecamatan Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara, Sabtu (28/1). FOTO: BNPB
Berita

Kepala BNPB Ingatkan Banjir dan Longsor di Manado Kejadian Berulang

29 Januari 2023
Tol Laut. FOTO: DARILAUT.ID
Berita

Tahun 2023 Kemenhub Layani 177 Trayek Angkutan Laut

28 Januari 2023
Next Post
Ilustrasi. GAMBAR: UNDP.ORG

Jantung, Kanker, Stroke dan Ginjal Penyebab Kematian Tertinggi di Indonesia

Ilustrasi banjir. FOTO: DARILAUT.ID

Banjir Menghanyutkan Dua Rumah di Bone Bolango

Komentar tentang post

REKOMENDASI

Tiga Lumba-Lumba Jantan Kembali ke Habitatnya

Pemesanan Tiket Kapal Penyeberangan Online Mudahkan Prediksi Jam Puncak

4 Paus Orca Terlihat di Dekat Kepulauan Similan

Kemenhub Ujicoba e-Pilotage untuk Keselamatan dan Keamanan Pelayaran

Sebulan, 59.938 Orang Meninggal Dunia Karena Covid di Cina

Foto: Wisatawan Eropa Paling Banyak ke Togean

TERBARU

4 Bibit Siklon Tropis di Dekat Wilayah Indonesia

Kepala BNPB Ingatkan Banjir dan Longsor di Manado Kejadian Berulang

Tahun 2023 Kemenhub Layani 177 Trayek Angkutan Laut

Pemberitaan Berperspektif Keberagaman Perlu Diperkuat

Kapal Berhati-hati, Gunung Api Myojinsho Kemungkinan Akan Meletus

Banjir Tinggi 3 Meter dan Longsor Melanda Kota Manado

TERPOPULER

  • Ikan karang Amphiprion ocellaris, Sulawesi, Indonesia (Randall, 1998) dan Amphiprion percula, Papua New Guinea (Allen & Erdmann, 2012) contoh yang mendukung spesiasi alopatrik.

    Teori Spesiasi Geografis Ikan Karang

    27 bagikan
    Bagikan 11 Tweet 7
  • Biogeografi Ikan di Kawasan Segitiga Terumbu Karang

    6 bagikan
    Bagikan 2 Tweet 2
  • Kuda Laut, Ikan yang Dipercaya Dapat Menyembuhkan Berbagai Penyakit

    231 bagikan
    Bagikan 98 Tweet 56
  • Mengapa Orca Tidak Memangsa Manusia di Alam Liar?

    31 bagikan
    Bagikan 13 Tweet 8
  • Pemanasan Laut, Ini Dampak Bagi Ekosistem dan Manusia

    25 bagikan
    Bagikan 10 Tweet 6
  • Enam Aplikasi Digital Nelayan Indonesia

    416 bagikan
    Bagikan 174 Tweet 101
  • Tantangan Teknologi Penangkapan Ikan yang Efektif dan Ramah Lingkungan

    16 bagikan
    Bagikan 15 Tweet 0
  • Tentang
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Terms of Use
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
Email : redaksi@darilaut.id

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Berita
  • Pemilu dan Pemilihan
  • Laporan Khusus
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
  • Biota Eksotis
  • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
  • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Travel

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Selamat Datang Kembali

Masuk dengan Facebook
Masuk dengan Google+
Atau

Masuk Akun

Lupa Password? Mendaftar

Buat Akun Baru

Mendaftar dengan Facebook
Mendaftar dengan Google+
Atau

Isi formulir di bawah ini untuk mendaftar

*Dengan mendaftar di situs kami, anda setuju dengan Syarat & Ketentuan and Kebijakan Privasi.
Isi semua yang diperlukan Masuk

Ambil password

Masukan username atau email untuk mereset password

Masuk