ONESIMUS La’a mengurangi laju perahu. Secara perlahan deru mesin dikurangi, kemudian dimatikan
Di perairan pantai Mali, Onesimus, pawang dugong, mulai menanggil mamalia laut yang juga dikenal dengan sebutan duyung itu.
“Bu lamoli go, mao, hao. Oooo War, Mawar cepat kesini ooo war, ada tamu dari Jakarta ni ooo,” suara Onesimus terdengar.
Tak lama berselang, dugong dengan panggilan “Mawar” ini muncul di permukaan laut.
Mamalia laut dengan nama ilmiah Dugong dugon yang bertubuh besar ini, berenang mengelilingi perahu. Dugong ini berenang di permukaan, dekat perahu. Lamanya, lebih kurang 7 sampai 10 menit.
Inilah salah satu atraksi di perairan pantai Mali. Memanggil dugong.
Keberagaman biota laut di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, yang berjuluk “Bumi Kenari” itu menjadi daya tarik wisatawan untuk melancong ke sana.
Lokasi ini tak jauh dari Bandar Udara Mali. Wisatawan bisa menyaksikan satwa pemakan lamun itu.

Persahabatan One –sapaan Onesimus– dengan dugong menjadi daya tarik pariwisata.
Persahabatan dengan dugong, terjadi ketika One selesai menanam mangrove di pesisir pantai Pulau Sika, pulau tak berpenghuni di daerah timur laut Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) sejak tahun 1999.
One menanam mangrove satu persatu. Setelah selesai menanam, One mengambil perahu.
Komentar tentang post