Jakarta – Kapal Riset Geomarin III, sejak akhir Juni hingga pertengahan Juli melakukan penelitian Gas Biogenik di Cekungan Nias, Sumatera Utara. Survei ini untuk meningkatkan kualitas data wilayah kerja minyak dan gas.
Kegiatan survei dilakukan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL), Badan Litbang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Survei berlangsung mulai 20 Juni hingga 13 Juli 2018, diketuai Riza Rahardiawan.
Survei melibatkan 15 peneliti dari P3GL, PPPTMGB “LEMIGAS” dan Pusat Survei Geologi. Anggota tim lainnya terdiri dari 15 teknisi, 21 kru kapal dan seorang security officer.
Sekretaris Badan Litbang ESDM Sujatmiko mengatakan, ekspedisi kali ini bertujuan untuk mendukung pengayaan data migas. Selain itu, mendukung keberadaan eksplorasi gas biogenik dan peningkatan kualitas data wilayah kerja minyak dan gas bumi. Proses pengambilan data seismik 2D multi kanal, berada di wilayah Perairan Cekungan Nias, Sumatera Utara.
Sebelumnya para peneliti PPPTMGB “LEMIGAS” telah melakukan survei di lokasi tersebut. Hasilnya menunjukkan adanya potensi keberadaan hidrokarbon.
Selain metode seismik multi kanal, menurut Sujatmiko, dilakukan pengambilan data geomagnet, gaya berat dan data batimetri/SBP. Kemudian, pengambilan contoh sedimen dasar laut. Hasil analisis data lapangan akan didukung data sekunder. Seperti data sumur pemboran dari Pusat Data dan Teknologi Informasi ESDM dan data lintasan geofisika terdahulu.
“Nantinya digunakan untuk memperkuat penyediaan data dukung analisis potensi Cekungan Nias,” katanya.
Apabila penelitian potensi gas biogenik ini menunjukan hasil yang signifikan, dapat diusulkan sebagai kandidat wilayah kerja migas di masa mendatang. Yang diharapkan dapat menambah sumber daya gas di Indonesia.
Kapal Riset Geomarin III, sebelumnya telah berhasil menemukan adanya potensi gas biogenik di Cekungan Bali Utara. Kegiatan survei dilakukan 26 April hingga 18 Mei 2017.
Dalam survei ini, kapal Geomarin III pertama kali menggunakan alat marine gravimeter. Peralatan ini digunakan untuk menentukan model dan dimensi cekungan migas. Selain itu, dapat menambah pemahaman tentang petroleum system yang merupakan konsep penting daIam bidang migas.
Dalam eksplorasi, gas biogenik sebenarnya bukan target utama. Kebanyakan ditemukan secara tidak sengaja, ketika melakukan pencarian target gas dan minyak konvensional di kedaIaman antara 500 – 1.000 meter.
Namun, gas tersebut bisa dimanfaatkan. Salah satunya di Lapangan Gas Kepodang, BIok Muria (Cekungan Pati), sekitar 70 kilometer (km) di utara Iepas pantai Rembang. Lapangan seluas wiIayah 2.778 km2 ini menghasilkan gas sebesar 354 MMSCFD.
Gas biogenik dari lapangan itu dialirkan melalui pipa sejauh 207 km untuk memenuhi Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Tambak Lorok di Semarang. Total kapasitas pembangkit Tambak Lorok sebesar 1.000 MW.
Sekitar 20 hingga 30 persen cadangan gas dunia berupa gas biogenik. Yang sudah ditemukan sebanyak 4 triliun kaki kubik (triIIion cubic feet /TCF). Temuan itu sebagian diproduksi di Indonesia.
Potensi gas biogenik terdapat juga di beberapa sumur yang telah berproduksi di Cekungan Utara Jawa Timur. Lokasinya berbatasan dengan Cekungan Bali di perairan Bali Utara. Sumur bor Terang-1 juga mengindikasikan potensi gas biogenik pada Formasi Mundu. Kisaran kedalamannya 600 hingga 700 meter di bawah permukaan dasar laut dan penyebarannya sampai ke bagian tenggara Pulau Kangean.
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan Hedi Hidayat mengatakan, Komite Energi Nasional (KEN) telah mengidentifikasi lokasi gas biogenik pada cekungan migas di beberapa lokasi pada 2016. Seperti di pantai barat Sumatera, Aceh, Sumatera Utara, Riau dan sekitarnya. Kemudian di Sumatera Selatan, Jawa Barat bagian Utara, Jawa Timur dan Bali Utara. Selanjutnya di Kutai Kalimantan Timur, Tarakan Kalimantan Utara, Enrekang–Bone dan Papua.
Gas biogenik yang teridentifikasi, terdapat di bawah permukaan dangkal , sampai dengan 1.000 meter. Gas ini terperangkap di dalam batuan reservoir, berumur Tersier sampai Pleistosen Kuarter dalam jumlah yang cukup besar, sehingga ekonomis diproduksi dalam skala industri.
“Cekungan Nias merupakan satu dari 10 cekungan potensial yang direkomendasikan oleh KEN untuk diteliti lebih lanjut,” kata Hedi.
Cekungan lainnya adalah Sumatera Tengah, Sumatera Selatan, Utara Jawa Barat, dan Utara Jawa Timur. Kemudian Barito, Kutai, Tarakan, Sengkang dan Waipoga. Tujuh cekungan terbukti mengandung gas biogenik dan tiga cekungan berada di area terpencil.
Fokus survei P3GL di tahun 2018, menggunakan kapal Geomarin III di Cekungan Nias di Wilayah Barat dan Cekungan Waipoga di Indonesia Bagian Timur.*
Sumber: litbang.esdm.go.id
Komentar tentang post