Darilaut – Letusan gunung berapi bawah laut di Tonga membuat para ahli mendiskusikan tentang bagaimana hal itu dapat mempengaruhi iklim global. Hasil penelitian, setelah gunung berapi ini meletus Januari 2022, telah menambah konsentrasi karbon dioksida (CO2 ) di udara.
Mengutip Phys.org (18/2) tim peneliti yang dipimpin Prof. Xiong Wei dari Institut Ilmu Fisika Hefei dari Akademi Ilmu Pengetahuan China (CAS) telah memantau dan menganalisis konsentrasi gas rumah kaca sebelum dan sesudah letusan gunung berapi di Tonga.
Penelitian ini dengan menggunakan Greenhouse Gases Monitoring Instrument (GMI) atau Instrumen Pemantauan Gas Rumah Kaca.
Data yang disajikan hasil pemantauan gas rumah kaca di Australia dan Selandia Baru yang berada di dekat gunung berapi pada Januari 2019, Januari 2020, dan Januari 2022.
Menurut peneliti, setelah gunung ini meletus Januari 2022, konsentrasi karbon dioksida (CO2 ) di dekat gunung berapi naik menjadi 414 parts per million (ppm).
Sebelumnya, konsentrasi CO2 diperkirakan 412 ppm. Peningkatan 2 ppm sama dengan emisi CO2 untuk setahun di bumi.
“Berton-ton CO2 dilepaskan ke udara selama letusan,” kata Ye Hanhan, salah satu peneliti seperti dikutip dari Phys.org, “akumulasi itu hanya disebabkan oleh luapan gas dan letusan.”
Komentar tentang post