Darilaut – Dunia menyia-nyiakan lebih dari 1 miliar makanan sehari. Masalah ini bukan hanya berdampak pada perekonomian global, akan tetapi memperburuk perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan polusi.
Temuan utama dari laporan Program Lingkungan PBB (UNEP) yang diterbitkan Rabu (27/3), menjelang Hari Tanpa Sampah Internasional, limbah makanan terus merugikan perekonomian global dan memicu perubahan iklim.
Data terbaru, kehilangan dan limbah pangan menghasilkan 8-10 persen emisi gas rumah kaca global tahunan – hampir 5 kali lipat dari emisi sektor penerbangan – dan hilangnya keanekaragaman hayati secara signifikan setara dengan sepertiga emisi dunia.
Kerugian akibat hilangnya dan terbuangnya pangan terhadap perekonomian global diperkirakan mencapai USD 1 triliun.
Daerah perkotaan diharapkan mendapat manfaat khusus dari upaya memperkuat pengurangan sampah makanan dan sirkularitas. Daerah pedesaan umumnya membuang lebih sedikit makanan, dan kemungkinan besar penyebabnya adalah pengalihan sisa makanan ke hewan peliharaan, ternak, dan pengomposan rumah.
Laporan Indeks Limbah Makanan UNEP 2024, yang ditulis bersama dengan WRAP — LSM global yang berbasis di Inggris– memberikan perkiraan global paling akurat mengenai limbah makanan di tingkat ritel dan konsumen.