Menurut data Dinas Perhubungan Jawa Tengah, sejak 22 Maret hingga 3 April lalu, sebanyak 320.435 perantau telah kembali ke Jawa Tengah menggunakan transportasi umum. Jumlah pemudik diprediksi akan terus meningkat.
Ganjar mengatakan, memahami alasan para perantau yang nekat pulang kampung. Memahami kecemasan dan kekhawatiran para perantau terhadap nasib keluarganya yang ditinggal di kampung. Akan tetapi, semakin tinggi gelombang pemudik masuk ke Jateng akan berpengaruh pada meningkatnya kasus covid-19 di provinsi ini.
“Mari kita bangun kebersamaan dengan bersama-sama menjaga agar persebaran covid-19 bisa kita redam. Kalau bisa tidak usah mudik,” kata Ganjar.
Bagi perantau yang terpaksa harus mudik, diwajibkan mereka untuk mengisi aplikasi Siaga Mudik, yang merupakan bagian dari Sistem Manajemen Informasi Pendataan Pemudik.
Aplikasi ini mensyaratkan calon pemudik untuk mengisi nomor induk kependudukan (NIK) dan riwayat kesehatan. Nantinya informasi calon pemudik yang direkam melalui aplikasi ini akan digunakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk menyiapkan infrastruktur di daerah. Ini dilakukan agar kedatangan para pemudik ini tidak memicu persebaran covid-19.
Menurut Ganjar, kuncinya tentu saja pada akurasi data, bagaimana caranya kita bisa mendata dengan cermat kedatangan para pemudik tersebut. Dari kesiapan data ini tentu kita akan lebih mudah untuk memantau kondisi kesehatan pemudik, menyediakan rumah isolasi dan sebagainya.*
Komentar tentang post