Darilaut – Hasil monitoring indikator anomali iklim Samudera Pasifik, yaitu suhu muka laut wilayah indikator El Nino Southern Oscillation (ENSO, Nino 3.4) sampai dengan pertengahan Juni dalam kondisi Netral. Fluktuasi suhu muka laut tidak menyimpang lebih dari 0,5°C dari rata rata normal klimatologis.
Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Herizal, mengatakan, sebagian besar Lembaga Meteorologi dunia memprediksi anomali suhu muka laut di Nino 3.4 sampai akhir tahun berkisar antara Netral dan La Nina Lemah.
“Kondisi La Nina lemah dinyatakan apabila penyimpangan suhu muka laut di wilayah indikator ENSO lebih dingin -0,5° s.d -1,0°C dari normal klimatologisnya,” kata Herizal, dalam siaran pers, Jumat (26/6) pekan lalu.
Menurut Herizal, apabila kondisi La Nina dapat terjadi, hal tersebut dapat menambah peluang peningkatan curah hujan di sebagian wilayah Indonesia, sehingga musim kemarau terkesan lebih basah karena lebih banyak hujan daripada kemarau biasanya.
Monitoring anomali iklim Samudera Hindia menunjukkan beda suhu muka laut Perairan timur Afrika dan sebelah barat Sumatera sebagai indikator Dipole Mode Samudera Hindia (IOD) bernilai positif (IOD+) pada pertengahan Juni. Kondisi IOD+ diprediksi akan kembali Netral pada Juli hingga November 2020.
Komentar tentang post