Kondisi ini disebabkan karena sistim logistik termasuk sistim perdagangan ikan masih konvensional. “KKP mesti memberi penugasan kepada Perum Perindo dan Perinus untuk menjajaki pelaksanaan sistim resi gudang untuk komoditas ikan,” kata Abdi.
Sementara sistim resi gudang sudah berjalan pada komoditas rumput laut dan garam.
KKP juga perlu mengoptimalkan pemanfataan Unit Pengolahan Ikan (UPI) dengan dukungan sarana sistim rantai dingin yang sudah tersedia di lokasi-lokasi strategis.
“Kami melihat keberadaan Sistim Rantai dingin yang sudah terbangun selama ini belum termanfaatkan secara optimal,” kata Abdi.
Siklus peningkatan produksi ikan pada musim tertentu telah menjadi rutinitas tahuan sehingga upaya mitigasi harga seharusnya bisa dilakukan oleh pemerintah. “Tidak ada pembacaan yang baik dari pemerintah atas fenomena anjloknya harga ikan ini sehingga terjadi secara berulang pada setiap tahunnya,” ujarnya.
Sementara itu, peneliti DFW-Indonesia, Laode Gunawan mengatakan, selain faktor domestik, penurunan harga cakalang juga terjadi di pasar internasional.
“Dalam 2 bulan ini harga Cakalang dunia turun sampai 40,98 persen,” kata Gunawan.
Saat ini, harga cakalang di Thailand hanya US$ 900/ton, terendah dalam 9 tahun terakhir. Harga cakalang di pasar Thailand pernah mencapai US$ 2.300/ton pada Oktober 2017.*
Komentar tentang post