Darilaut – Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau. Secara geografis, sebagian pulau-pulau itu berpenghuni dan menjadi tantangan untuk pemerataan pelayanan kesehatan di Indonesia.
Penduduk yang tinggal di daerah terpencil akan lebih sulit dan berbahaya untuk mengakses fasilitas kesehatan karena kurangnya sarana transportasi, jauhnya jarak untuk berlayar, bahaya perjalanan, dan kemampuan finansial penduduk pulau.
“Potensi kesembuhan pasien menjadi kecil. Bahkan, ada ironi di Pulau Wetar di mana penduduk pulau berlayar ke Timor Leste untuk mendapatkan akses layanan kesehatan,” kata Direktur Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA), dr. Agus Harianto, SpB, seperti dikutip dari News.unair.ac.id.
Agus yang juga ahli bedah ini mengatakan, RSTKA hadir sebagai solusi dari Universitas Airlangga (Unair) untuk menjawab permasalahan tersebut dengan membuat rumah sakit keliling yang dapat menjangkau pelosok Indonesia.
Rumah sakit terapung ini menggunakan kapal dengan Pinisi. Kapal Pinisi dijadikan sebagai Rumah Sakit bergerak sebagai persembahan Ikatan Alumni Universitas Airlangga untuk masyarakat di pulau-pulau terpencil.
Agus menjelaskan RSTKA difokuskan untuk memberikan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat di pulau-pulau terpencil dan daerah yang tidak terjangkau oleh Puskesmas. Dokter dan spesialis medis mendukung sebagai relawan di rumah sakit.
Menurut Agus yang menjadi lokasi RSTKA harus memenuhi kriteria daerah terpencil dan sulit dijangkau, banyak masalah kesehatan. Hal ini sesuai dengan profil demografi setempat, dan mendapatkan izin dari pemerintah daerah.
RSTKA, kata Agus, merupakan penghargaan dari Unair dan masyarakat Indonesia yang telah mendukung melalui donasi.
Agus menyampaikan hal tersebut dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional yang diperingati setiap 10 Agustus. Unair menggelar webinar pada Senin (2/8) bertajuk “Inovasi, Optimisme, dan Transformasi Pelayanan Kesehatan serta Mitigasi Bencana di Masa Pandemi”.
Komentar tentang post