Darilaut – Tambak udang ekstensif dengan produktivitas rendah yang dikonversi dari lahan mangrove perlu didesain ulang.
Menurut Direktur Program Kelautan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), Muhammad Ilman, banyak tambak yang terlanjur dibangun di dalam ekosistem mangrove di Asia Tenggara. Praktik ini merupakan kontributor utama pengurangan ekosistem mangrove global.
“Di Indonesia, misalnya, sebagian besar dari 600.000 hektare tambak udang adalah tambak ekstensif dengan produktivitas rendah yang dikonversi dari lahan mangrove,” kata Ilman dalam konferensi budi daya udang internasional, The Aquaculture Roundtable Series (TARS 2021) Kamis (19/8).
Sebagai solusi, kata Ilman, perlunya mendesain ulang tata letak tambak ekstensif tersebut, sehingga 50–80% tambak bisa kembali berfungsi sebagai hutan mangrove secara alamiah.
Selain itu, kegiatan budi daya bisa dilanjutkan di areal yang tersisa dengan mendorong teknologi budi daya yang lebih maju untuk meningkatkan produksi.
Ilman mengatakan dengan pendekatan ini dapat menyelamatkan 600,000 hektare mangrove dengan potensi mitigasi dan pengurangan CO2 sebesar 1 miliar ton dalam 10 tahun, dan pada saat yang bersamaan, Indonesia bisa mencapai target produksi udangnya.
Budi daya udang adalah komoditas perikanan dengan tingkat pertumbuhan yang paling cepat dan dengan nilai perdagangan global yang meliputi 15% dari total nilai perdagangan perikanan internasional.
Komentar tentang post