Kepala Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan BRIN, Dwinita Wikan Utami mengatakan, salah satu potensi terbesar dalam aplikasi smart farming adalah efisiensi dalam penggunaan sumber daya melalui pemanfaatan teknologi smart salah satunya sensor dalam pemantauan secara real time.
“Semoga HortiEs Talk kali ini membawa manfaat, kesuksesan dan kemajuan khususnya di bidang hortikultura,” ujarnya.
Peneliti ahli madya Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan BRIN, Joko Pitono, menjelaskan kita membutuhkan aplikasi smart farming karena adanya trend semakin menyusutnya sumber daya manusia pertanian di pedesaan yang bermigrasi ke perkotaan.
Untuk mengatasi isu ketahanan pangan, kata Joko, indeks ketahanan pangan Indonesia sekitar 59,5 sehingga membutuhkan peningkatan produktivitas pertanian yang signifikan.
Adanya isu dampak perubahan iklim menstimulir peningkatan intensitas cekaman biotik/ abiotik.
Kemudian, adanya isu pengurangan lahan pertanian akibat konversi ke fungsi di luar pertanian yang mencapai kisaran 132 ribu ha/tahun.
Arti smart farming yaitu suatu konsep pertanian yang menggunakan teknologi digital dan informasi untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas dan keberlanjutan dalam produksi tanaman dan peternakan.
Desain aplikasi smart farming memerlukan keterlibatan dan sinergi dari berbagai bidang kepakaran seperti elektro, fotonik, agronomi fisiologi, hama penyakit, agroklimat, tanah, dan mekatronika.