Darilaut – Berlayar mengarungi laut Indonesia, yang menghubungkan satu pulau dengan pulau lainnya, tak bisa ditempuh hanya dalam sekejap. Apalagi dengan menggunakan kapal layar.
Butuh persiapan dan perubahan-perubahan yang bisa terjadi di lapangan karena kondisi tertentu. Seperti cuaca bergelombang, badai, hujan dan kerusakan-kerusakan selama pelayaran.
Dengan keadaan seperti itu, apa yang sudah direncanakan awal bisa berubah karena kondisi di lapangan.
Bagi pelaut ini lumrah terjadi. Kapal layar menggunakan tenaga arus dan angin.
“Tidak selamanya dalam pelayaran, terdapat arus dan angin yang dapat mendorong kapal,” kata Captain Gita Ardjakusuma, saat pelayaran dengan kapal pinisi dari Makassar ke Bulukumba.
Nama Captain Gita tentu tidak asing lagi bagi para pelaut dan mereka yang bergelut dalam bidang kelautan. Pada 1986, Gita menakhodai kapal pinisi untuk berlayar ke Vancouver, Kanada.
Kapal pinisi ini berlayar dari Jakarta, melewati Bitung, Sangihe Talaud dan Filipina. Kemudian, kapal pinisi mengambil posisi ke Honolulu (Hawaii), terus ke Vancouver.
Terdapat 11 anak buah kapal (ABK) dalam ekspedisi untuk keikutsertaan dalam Vancouver Expo 86. Dari 11 ABK tersebut termasuk termasuk dua orang wartawan, satu dari Kanada dan satu wartawan lagi dari Kompas (Indonesia).
Komentar tentang post