Darilaut – Kelompok ibu-ibu di Desa Langgula, Kecamatan Batudaa Pantai, Gorontalo, sedang mengembangkan produk cumi-cumi.
Produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dengan menggunakan bahan baku utama dari laut berupa cumi-cumi ini dibuat dalam berbagai olahan.
Tokoh pemuda Batudaa Pantai yang juga penggerak UMKM, Agus N. Ali, mengatakan, selain cumi-cumi terdapat bahan tambahan seperti terigu dan penyedap rasa.
“Stik cumi, bahan baku utama cumi-cumi, ada terigu dan bawang merah,” kata Agus, Minggu (11/12).
Menurut Agus produk olahan lainnya, berupa abon, kerupuk, biskuit, bakso, biskuit, panada, perkedel dan ilabulo.
“Semuanya bahan baku utama cumi-cumi,” katanya.
Olahan cumi ini dimasukan dalam beberapa bentuk kemasan secara rapi, sesuai dengan produk yang dibuat kelompok ibu-ibu.

UMKM masyarakat Desa Langgula khususnya produk makanan berbahan dasar cumi untuk mengembangkan produk-produk inovatif dan kreatif.
Kepala Desa Langgula, Fadli Otoluwa, mengatakan, sebelum produk cumi ini dikembangkan, nelayan Desa Langgula adalah spesialis penangkap ikan tuna.
Nelayan ini melaut berhari-hari untuk mendapatkan hasil tangkapan ikan tuna berukuran besar.
Di masa pandemi Covid-19, menurut Fadli, nelayan Desa Langgula mengalami kesulitan hasil tangkapan. Ikan tuna yang biasanya bisa ditangkap dengan cara memancing menghilang di Teluk Tomini.
“Hasil tangkapan ikan tuna menurun,” kata Fadli.
Mulailah nelayan penangkap tuna ini beralih untuk menangkap cumi-cumi. Cumi-cumi yang tadinya sampingan, sudah menjadi tangkapan utama.
“Sekarang nelayan tuna banyak yang menangkap cumi-cumi,” ujarnya.
Pertengahan Desember ini, Warga Desa Langgula bersama Universitas Negeri Gorontalo (UNG) menggelar ‘Festival Sejuta Cumi’. Kegiatan ini bentuk pengembangan Desa Langgula sebagai Kampung Cumi.

Rektor Universitas Negeri Gorontalo Eduart Wolok, mengatakan, keterlibatan UNG dalam pengembangan Desa Langgula agar dapat menjadikannya sebagai salah satu laboratorium alam, khususnya bagi mahasiswa di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) UNG.
Komitmen ini pula, menurut Eduart, untuk menggagas pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Teluk Tomini yang berbasis perdesaan. Gagasan ini telah mendapat dukungan luas dari berbagai pihak.
Eduart mengatakan amanah pengembangan desa oleh UNG dilandasi nota kesepahaman antara Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dengan Universitas Negeri Gorontalo nomor 25/ M/ HK. 07.01/ IX/ 2020 dan nomor 402/ UN47/ HK. 07.00/ 2020 sebagai Pembina Desa untuk mewujudkan Kawasan Ekonomi Khusus Pedesaan di kawasan Teluk Tomini.
“Landasan inilah yang menguatkan posisi UNG sebagai leading bagi desa-desa yang bukan hanya di Gorontalo tetapi juga desa-desa di Teluk Tomini,” kata Rektor UNG.
Komentar tentang post