Garis Wallace
Wallace dikenal sebagai pencetus garis Wallace. Garis imajiner ini membentang dari sebelah timur Filipina, melintasi laut Sulawesi, Selat Makassar, selanjutnya antara Bali dan Lombok. Wallace menuliskan bahwa kita mempunyai petunjuk tentang bagaimana suatu benua luas beserta flora dan fauna yang khas, lambat laun terpecah belah. Pulau Sulawesi barangkali bagian pinggiran benua paling barat.
Namun, belum ada kesesuaian sejarah geologi Sulawesi yang bisa dihubungkan dengan fauna yang ada. Wallace mengindikasikan bahwa Celebes sebagai hasil perluasan benua Asia di bagian timur pada zaman dahulu. Kala itu, mula-mula masih berupa daratan luas, kemudian terpisah menjadi pulau-pulau seperti sekarang dan hampir bersentuhan dengan pulau-pulau yang tercerai dari benua di selatan.
Jumlah spesies hewan di Pulau Sulawesi lebih sedikit, tetapi lebih kaya dengan keunikan dan keindahan bentuk. Terdapat 73 persen spesies khas di Sulawesi. Kekhasan dan keunikan ini tidak ditemukan di tempat lain di dunia, seperti sapi hutan anoa (Anoa depressicornis), monyet hitam, kelelawar, kelompok serangga, maleo (Macrocephalon maleo) dan kelompok burung lainnya, serta babi rusa (Babyrousa babyrussa). Ada kemiripan tanduk babi rusa dengan warthog Afrika (Phacochoerus africanus) yang gigi taringnya mencuat ke luar dan melengkung ke atas.
Arlindo
Adalah Abdul Gani Ilahude tercatat sebagai perintis oseanografi yang memperkenalkan Arus Lintas Indonesia (Arlindo) atau “Indonesian Through Flow” (ITF). Ilahude termasuk salah satu pionir dalam riset oseanografi terapan di perairan Indonesia, dengan fokus pada penelitian Arlindo. Cabang utama Arlindo diperairan Indonesia berada di Laut Sulawesi. Arus ini dari Samudera Pasifik hingga ke Samudera Hindia, melalui pintu masuk Laut Sulawesi ke Selat Makassar. Polanya mirip dengan garis Wallace.
Menurut Ilahude, Arlindo merupakan Aliran (Arus) Lintas Indonesia yang secara dinamika dibentuk oleh empohan air hangat (warm water pool) di Timur Mindanao dan Timur laut Halmahera hasil angkutan massa air. Arus Katulistiwa Utara (AKU) dan Arus Katulistiwa Selatan (AKS) yang berkumpul di tempat itu menyebabkan perbedaan tarah (permukaan yang rata) laut (sea level) 40 cm lebih tinggi dibandingkan dengan yang di selatan pantai Jawa-Sumbawa.
Verrianto Madjowa
Komentar tentang post