Oleh: Dr. Funco Tanipu (Founder The Gorontalo Institute, Dosen Jurusan Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo)
Pada hari-hari belakangan ini, kantor-kantor partai mulai ramai lagi setelah hajatan Pemilu barusan. Banyak kandidat yang mendaftarkan diri ke partai-partai untuk mendapat surat tugas, rekomendasi hingga SK Penetapan Calon.
Di Gorontalo sendiri, ada 7 kontestasi: Pilgub dan enam Pilbup. Semua merasa berkeyakinan, ada juga yang sedikit nekat, akan mendapatkan tiket pada pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada).
Di enam Kabupaten/Kota yang melaksanakan pilkada, harus diakui bahwa ada yang selama ini baru sebatas dipercakapkan di dunia nyata, belum di dunia maya.
Memotret Percakapan
Sebagaimana yang kita ketahui bersama, percakapan adalah perilaku harian manusia. Sebelum ada media sosial, percakapan dari mulut ke mulut bisa diukur dengan melakukan survey kuantitatif.
Sejak 2005, The Gorontalo Institute melakukan survey mengenai opini publik baik untuk pilkada maupun untuk hal-hal lainnya. Dalam setahun hampir 2 – 3 kali survey.
Namun sejak 5 tahun belakangan, frekuensi melakukan survey seperti itu jarang lakukan. Lebih condong ke riset-riset kualitatif dan pengukuran digital.
Perkembangan pengukuran opini publik pun kini berubah. Percakapan dan opini sudah bisa diukur lebih real time, bisa harian dan bahkan per jam.