Sabtu, Desember 2, 2023
Beri Dukungan
redaksi@darilaut.id
Dari Laut
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Masuk
  • Daftar
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Bisnis dan Investasi
    • Pemilu & Pemilihan
    • Kesehatan
  • Eksplorasi
  • Kajian
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
    • Orca
    • Hiu Paus
    • Biota Eksotis
  • Cek Fakta
  • Iklim
  • Advertorial
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Bisnis dan Investasi
    • Pemilu & Pemilihan
    • Kesehatan
  • Eksplorasi
  • Kajian
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
    • Orca
    • Hiu Paus
    • Biota Eksotis
  • Cek Fakta
  • Iklim
  • Advertorial
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Dari Laut
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Home Berita

6 Hewan Laut yang Terancam Punah

redaksi
4 Juli 2022
Kategori : Berita, Konservasi, Orca
0
6 Hewan Laut yang Terancam Punah

Paus Bowhead dan anaknya. FOTO: NOAA Fisheries

Darilaut – Setiap spesies memegang peranan penting dalam suatu ekosistem, baik yang sekecil polip karang maupun sebesar paus. Jadi ketika satu spesies berada dalam bahaya kepunahan, hal itu dapat mempengaruhi seluruh ekosistem.

Ketika suatu spesies berada dalam bahaya kepunahan, terdaftar di bawah Undang- Undang Spesies Terancam Punah (Endangered Species Act).

NOAA Fisheries telah mengembangkan dan menerapkan rencana pemulihan— serta peta jalan untuk pemulihan spesies— dan mencegah dari kepunahan.

Berikut ini enam hewan laut yang terancam punah untuk membantu upaya konservasi dan melestarikan keanekaragaman planet ini.

Pertama, Penyu Lekang Zaitun

Ini termasuk salah satu penyu terkecil di dunia. Penyu lekang zaitun mendapatkan namanya dari warna abu-abu-hijau zaitun pada karapas (cangkang) yang berbentuk hati.

Seperti semua penyu, lekang betina kembali ke darat untuk bertelur di pasir. Mereka adalah navigator yang luar biasa dan biasanya kembali ke pantai di area umum tempat mereka menetas.

Sebagian besar betina lekang zaitun datang ke pantai dalam acara bersarang massal yang dikenal sebagai arribada, yang berarti “kedatangan” dalam bahasa Spanyol.

Hanya jenis penyu lekang (zaitun dan Kemp) yang bersarang dalam jumlah massal.

Hanya saja, perilaku bersarang arribada memudahkan orang untuk mengambil telur dalam jumlah yang luar biasa dan membunuh sejumlah besar betina dewasa (untuk dikonsumsi). Ini adalah penyebab utama penurunan penyu lekang di seluruh dunia.

Advertisement

Pengumpulan telur di banyak negara telah mengurangi ancaman ini. Namun, tangkapan sampingan dalam perikanan pukat, rawai, dan jaring insang komersial tetap menjadi ancaman global bagi spesies ini, dan pengumpulan telur serta pembunuhan penyu terus berlanjut di beberapa negara.

Kedua, Pari Gergaji

Ikan pari gergaji (smalltooth sawfish) atau Ikan hiu todak kecil tubuhnya seperti hiu. Namun, sejatinya, pari gergaji sebenarnya adalah ikan pari.

Kerangka seluruhnya terdiri dari tulang rawan yang kuat tetapi fleksibel, bukan tulang. Spesies ini, yang terlihat seperti makhluk langsung dari era prasejarah, dapat ditemukan di Amerika Serikat di lepas pantai Florida.

Sawfish menggunakan moncongnya yang panjang dan berduri untuk menebas gerombolan ikan, mengayunkannya ke depan dan belakang untuk menusuk dan menyetrum mangsanya.

Gergajinya mengandung organ peka-elektro, yang memungkinkan ikan ini merasakan mangsa di dekatnya.

Baca Juga

Dinas Kominfo Kota Gorontalo Menggelar Malam Anugerah Film Pendek

97.000 Delegasi Menghadiri COP28, UEA Sumbangkan $100 juta Untuk Iklim

Presiden COP28: Saatnya Kita Bersatu Dengan Tanggung Jawab Besar

Pari gergaji juvenil hidupnya mengandalkan habitat muara dan mangrove untuk. Hilangnya habitat, bersama dengan tangkapan sampingan yang tidak disengaja dalam jaring ikan menjadi ancaman utama bagi ikan pari gergaji.

Ketiga, Ikan Sturgeon Atlantik

Ikan ini hidup di habitat sungai dan laut di pantai Amerika Serikat.

Pada 1800-an, sturgeon Atlantik sangat berharga karena diambil telurnya, yang dihargai sebagai kaviar berkualitas tinggi.

Orang-orang berbondong-bondong ke Amerika Serikat bagian timur untuk berburu ikan sturgeon dan memanen telur berharga tersebut.
Sebutannya “Black Gold Rush” yang berkontribusi pada penurunan drastis populasi sturgeon Atlantik.

Namun, tangkapan sampingan yang tidak disengaja oleh gillnet dan trawl perikanan komersial masih menimbulkan risiko besar bagi spesies tersebut.

Pencemaran air, bendungan, pengerukan, dan hantaman kapal juga mengancam spesies ini.

Ikan Sturgeon Atlantik dapat tumbuh hingga 16 kaki (feet).

Keempat, Paus Pembunuh Palsu

Paus pembunuh palsu (false killer whale) termasuk dalam keluarga lumba-lumba. Sejak 1980-an populasi paus pembunuh palsu menurun.

Berkurangnya spesies ini di lautan karena aktivitas perikanan yang tidak ramah lingkungan.

Paus pembunuh palsu memiliki ikatan sosial yang kuat dan membentuk kelompok untuk berburu dan berbagi makanan bersama.
Interaksi dengan perikanan rawai telah berkontribusi terhadap penurunan spesies ini.

Kelima, Ikan Kerapu Teluk

Ikan kerapu teluk tergolong bertubuh besar. Akan tetapi hewan laut ini termasuk salah satu spesies yang berada dalam bahaya kepunahan.

Ikan ini memakan semua jenis mangsa dengan menggunakan mulutnya yang menonjol untuk menelan ikan dan kepiting utuh.

Setelah dewasa, kerapu teluk berkumpul dalam kelompok besar di terumbu bawah laut untuk berkembang biak setahun sekali.

Kemungkinan besar kerapu teluk dewasa sebagai betina dan kemudian bertransisi menjadi jantan seiring bertambahnya usia selama 48 tahun.

Kerapu teluk dulunya merupakan tangkapan umum bagi para nelayan di Pantai Barat. Tetapi karena penangkapan ikan yang berlebihan, perikanan itu hampir tidak pernah mendarat pada tahun 1970.

Keenam, Paus Bowhead

Mamalia laut ini spesies yang paling baik beradaptasi untuk hidup di air es. Paus kepala busur (Whale Bowhead) memiliki lapisan lemak setebal 1,6 feet.

Hal ini membantu paus tersebut hidup di perairan yang memiliki lapisan es musiman. Tengkorak tebal paus kepala busur membantu menembus es laut setebal 8 inci.

Paus kepala busur Arktik Barat di lepas pantai utara Alaska telah menunjukkan pemulihan yang cukup besar sejak berakhirnya perburuan paus komersial di awal 1900-an.

Namun, masih banyak ancaman terhadap paus kepala busur. Sekitar 12 persen kepala busur memiliki bekas luka akibat terjerat alat tangkap.

Terutama dari alat tangkap pancing komersial Kontaminan seperti tumpahan minyak dapat membahayakan sistem kekebalan dan reproduksi kepala busur.

Kebisingan laut, serangan kapal, dan predasi dari paus pembunuh adalah faktor lain yang mengancam kelangsungan hidup paus kepala busur.

Sumber: Fisheries.noaa.gov

Tags: Ikan KerapuNOAA FisheriesPari Gergajipaus pembunuh palsupenyu lekang
Bagikan19Tweet4KirimKirim

Berlangganan untuk menerima notifikasi berita terbaru Dari Laut Indonesia

Berhenti Berlangganan
Dukungan darilaut.id : https://saweria.co/darilautID
Previous Post

Pengukuran Kapal Ikan Bawah 7 GT di Kabupaten Kendal Gratis

Next Post

Konferensi Kelautan PBB, Komitmen Global Mengatasi Keadaan Lautan yang Mengerikan

Postingan Terkait

Dinas Kominfo Kota Gorontalo Menggelar Malam Anugerah Film Pendek

Dinas Kominfo Kota Gorontalo Menggelar Malam Anugerah Film Pendek

2 Desember 2023
97.000 Delegasi Menghadiri COP28, UEA Sumbangkan $100 juta Untuk Iklim

97.000 Delegasi Menghadiri COP28, UEA Sumbangkan $100 juta Untuk Iklim

1 Desember 2023

Presiden COP28: Saatnya Kita Bersatu Dengan Tanggung Jawab Besar

Seruan ‘Bebaskan Palestina’ Menggema di COP28

Bangunan Berketahanan Iklim Akan Diluncurkan Saat COP28 di Dubai

Perubahan Iklim Bukan Hanya Isu Lingkungan Hidup

Hari Ini Pembukaan KTT Perubahan Iklim COP28 di Dubai

KPU Sedang Mengidentifikasi Pelaku Peretasan Sistem Informasi Data Pemilih

Next Post
Konferensi Kelautan PBB, Komitmen Global Mengatasi Keadaan Lautan yang Mengerikan

Konferensi Kelautan PBB, Komitmen Global Mengatasi Keadaan Lautan yang Mengerikan

Komentar tentang post

TERBARU

Dinas Kominfo Kota Gorontalo Menggelar Malam Anugerah Film Pendek

97.000 Delegasi Menghadiri COP28, UEA Sumbangkan $100 juta Untuk Iklim

Presiden COP28: Saatnya Kita Bersatu Dengan Tanggung Jawab Besar

Seruan ‘Bebaskan Palestina’ Menggema di COP28

Bangunan Berketahanan Iklim Akan Diluncurkan Saat COP28 di Dubai

Perubahan Iklim Bukan Hanya Isu Lingkungan Hidup

Dukungan

Beri Dukungan disini : https://saweria.co/darilautID

REKOMENDASI

Pinisi Pusaka Indonesia Sandar di Bitung

Wisatawan yang Berkunjung di Kawasan Konservasi Meningkat

Banjir dan Longsor di Lebak, 4 Warga Hanyut

Ini Bukti Virus SARS-CoV-2 Menginfeksi Sel Astrosit di Otak

Kasal Pimpin Delegasi Indonesia di Sidang Malindo ke-15

Dugong Mati Terdampar di Tolitoli dan Manado

Tags

Bibit Siklon Tropis JTWC Perubahan Iklim Banjir Covid-19 Virus Corona TNI Angkatan Laut Basarnas BRIN BMKG KLHK Ditjen Perhubungan Laut gempabumi Jepang AMSI sampah plastik KKP Universitas Negeri Gorontalo BNPB teluk tomini LIPI Samudra Pasifik Siklon Tropis Kemenhub gorontalo

Kategori

  • Advertorial
  • Berita
  • Biota Eksotis
  • Bisnis dan Investasi
  • Cek Fakta
  • Eksplorasi
  • Hiu Paus
  • Ide & Inovasi
  • Iklim
  • Kajian
  • kategori
  • Kesehatan
  • Konservasi
  • Laporan Khusus
  • Orca
  • Pemilu & Pemilihan
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
  • Travel
  • Video

About

  • Tentang
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Terms of Use
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Trustworthy News Indicators
Dari Laut

darilaut.id

Menginformasikan berbagai perihal tentang laut, pesisir, ikan, kapal, berita terkini dan lain sebagainya.

redaksi@darilaut.id
+62 851 5636 1747

© 2023 DARILAUT - Berita terbaru dan terkini hari ini - darilaut.id.

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Berita
  • Pemilu & Pemilihan
  • Laporan Khusus
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
  • Biota Eksotis
  • Cek Fakta
  • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
  • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Travel
  • Iklim
  • Advertorial

© 2023 DARILAUT - Berita terbaru dan terkini hari ini - darilaut.id.

Selamat Datang Kembali

Masuk dengan Facebook
Masuk dengan Google+
Atau

Masuk Akun

Lupa Password? Mendaftar

Buat Akun Baru

Mendaftar dengan Facebook
Mendaftar dengan Google+
Atau

Isi formulir di bawah ini untuk mendaftar

Isi semua yang diperlukan Masuk

Ambil password

Masukan username atau email untuk mereset password

Masuk
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.