redaksi@darilaut.id
Selasa, 17 Mei 2022
26 °c
Jakarta
28 ° Sab
27 ° Ming
28 ° Sen
27 ° Sel
Dari Laut Indonesia
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Masuk
  • Daftar
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Dari Laut
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil

Home » Tips & Trip » Ide & Inovasi » Radar Pantai untuk Keselamatan Nelayan

Radar Pantai untuk Keselamatan Nelayan

redaksi redaksi
12 Oktober 2018
Kategori : Ide & Inovasi
Wakatobi AIS

Teknologi Wakatobi AIS untuk keselamatan nelayan. FOTO: KKP.GO.ID

KETIKA melaut, nelayan seringkali terjebak cuaca yang kurang bersahabat dan gelombang besar. Ada yang hilang, terbawa arus dan gelombang, serta terdampar.

Seperti yang dialami Aldi Novel Adilang, seorang penjaga rumpon (rompong) yang berlokasi dengan jarak 125 kilometer dari pesisir utara Manado, Sulawesi Utara. Aldi hanyut selama 49 hari di laut lepas.

Aldi hanyut pada 14 Juli 2018 akibat terlepasnya tali pengait jangkar. Pada 31 Agustus 2018, kapal tanker MV Arpeggio berbendera Panama menemukan Aldi dan rumpon di perairan Guam.

Kini, dengan radar pantai, nelayan dapat menggunakan teknologi ini untuk keselamatan di laut. Teknologi ini disebut Wakatobi AIS. Singkatan dari Wahana Keselamatan dan Pemantauan Objek Berbasis Informasi AIS (Automatic Identification System).

Teknologi ini dikembangkan peneliti dan perekayasa Loka Perekayasaan Teknologi Kelautan (LPTK) Wakatobi. Wakatobi AIS diciptakan atas identifikasi terhadap tiga masalah utama yang dihadapi nelayan dalam melaut.
Pertama, kurangnya kesiapan operasi nelayan dalam hal penguasaan informasi mengenai kondisi meteorologi di area target penangkapan ikan.

Kedua, perlunya peningkatan pemantauan armada-armada nelayan tradisional oleh otoritas di darat untuk mendukung ekstraksi sumberdaya alam yang berkelanjutan. Sekaligus sebagai data penting dalam proses rescue saat para nelayan mengalami musibah di laut.

Ketiga, sulitnya nelayan tradisional dalam mengabarkan kondisi darurat yang mereka alami akibat terbatasnya moda komunikasi di laut, sehingga upaya penyelamatan tertunda.

AIS transponder berbentuk kotak dengan dimensi 14,5x13x20 sentimeter. Panjang antena 100 sentimeter. Setiap unit memiliki bobot 0,6 kilogram agar bisa diaplikasikan pada kapal/perahu nelayan yang berukuran kecil, khususnya yang armada berbobot di bawah 1 GT (Gross Ton).

Alat ini didesain dapat bekerja secara portabel dengan baterai sebagai sumber tenaga yang bisa diisi ulang setiap 20 jam pemakaian.

Untuk meningkatkan keselamatan nelayan, terdapat tiga tombol pada perangkat ini. Pertama, tombol power. Kedua, penanda lokasi tertentu (custom tag). Ketiga, tombol darurat (distress).

Pengoperasiannya pun cukup mudah. Fungsi dasar AIS yang dimiliki memungkinkan lokasi dan pergerakan nelayan terpantau detik per detik pada stasiun penerima (Vessel Traffic System/VTS).

Dengan demikian, jika suatu saat mereka mengalami masalah di laut seperti mesin kapal mati, tenggelam, atau dirampok, maka rekaman lokasi para pengguna akan mempermudah pencarian.

Selain itu, nelayan juga bisa secara aktif memberikan kabar darurat ke seluruh perangkat penerima AIS lainnya.

Dengan menekan tombol distress, maka perangkat akan melakukan broadcast pesan AIS selama selang waktu tertentu untuk memastikan pesan teks tersebut dapat terkirim dengan sempurna.

Teks pesan darurat bisa berupa kode bahaya dan identitas yang meliputi nama kapal. Selain itu, pelabuhan asal dan nomor telepon yang bisa dihubungi, serta informasi lain yang sebelumnya diprogram ke dalam perangkat.
Wakatobi AIS dirancang dapat terkoneksi ke sistem pemantauan lalulintas kapal (VTS) yang biasa terdapat pada pelabuhan-pelabuhan dan otoritas pelayaran.

Alat ini dapat terbaca oleh perangkat AIS pada kapal non perikanan, sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kapal nelayan akibat kapal besar. Sekaligus meningkatkan jangkauan penggunaan alat, kendati alat ini dioperasikan di luar dari jangkauan stasiun darat seperti VTS.

Dengan dikembangkannya Wakatobi AIS, diharapkan kecelakaan laut yang sering terjadi di seluruh Indonesia seperti kapal hanyut, nelayan hilang atau kapal tenggelam yang kerap dialami nelayan kecil pencari tuna dapat dihindari.

Pada Rabu (10/10), di Jembrana Bali, setelah melakukan dialog dengan nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti meluncurkan teknologi perikanan yang dikembangkan Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM). Teknologi ini diberi nama Wakatobi AIS dan Aplikasi Laut Nusantara.

Menteri Susi mengatakan, temuan ini sangat bermanfaat bagi nelayan. Sudah seharusnya hasil riset tidak hanya dibiarkan diam di komputer masing-masing peneliti.

“Penemuan-penemuan ini selayaknya dimunculkan dan disebarluaskan,” kata Susi.

Kepala BRSDM Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Sjarief Widjaja mengatakan, pengembangan Wakatobi AIS didesain khusus sesuai karakteristik nelayan kecil Indonesia. Karena itu, bentuk, ukuran, dan energi yang digunakan dirancang sesederhana mungkin agar tak menyulitkan nelayan tradisional.*

Tags: BaliKKPSusi Pudjiastuti
Bagikan30Tweet10KirimKirim

Berlangganan untuk menerima notifikasi berita terbaru Dari Laut Indonesia

Berhenti Berlangganan

Related Posts

Penutupan proyek dan diseminasi capaian COREMAP-CTI World Bank hibah Global Enviroment Facility (GEF), Rabu (11/5). GAMBAR: DARILAUT.ID
Berita

COREMAP-CTI, Menyelaraskan Pelestarian Terumbu Karang dan Penghidupan Masyarakat

11 Mei 2022
ICCTF melakukan pemantauan terumbu karang di bawah laut pada perairan lokasi implementasi COREMAP-CTI. FOTO: ICCTF
Berita

Diseminasi Capaian COREMAP-CTI Untuk Mendukung Penanganan Dampak Perubahan Iklim

10 Mei 2022
Gambar mosaik 3D melingkar. Ini diciptakan oleh penyelam yang mengambil foto saat berenang dalam lingkaran konsentris, kemudian dikompilasi atau "dijahit bersama" untuk membentuk mosaik. FOTO: NOAA FISHERIES
Berita

Metode Baru Mengukur Pertumbuhan Koloni Karang

27 April 2022
Next Post
Aplikasi digital berbasis android dapat membantu nelayan untuk mengetahui daerah penangkapan ikan, gelombang, angin dan cuaca, serta harga ikan di pelabuhan. FOTO: DOK. BROL

Sosialisasi Aplikasi Laut Nusantara

Ekspedisi pinisi

Tim Eskpedisi Pinisi Distribusi Bantuan dan Pengambilan Data dengan Drone

Komentar tentang post

Bandung, Indonesia
Selasa, Mei 17, 2022
Mostly Cloudy
24 ° c
72%
11mh
-%
28 c 19 c
Rab
26 c 18 c
Kam
27 c 18 c
Jum
26 c 17 c
Sab

TERBARU

Bibit Siklon Tropis 91P Tumbuh Dekat Vanuatu

Gelombang Panas dan Badai Petir Melanda Eropa Barat

Bulan Darah Terlihat Saat Peristiwa Gerhana

Akan Dikirim ke Manado, KKP Proses Hukum 4.030 kg Sirip Hiu di Baubau

Dua Kapal Rusak Mesin di Perairan Batam

Gunung Awu di Pulau Sangihe Level III

REKOMENDASI

Pemanfataan SMART Cable Alat Deteksi Dini Tsunami

Pelaku Pengeboman Ikan Ditangkap di Selayar dan Morowali

Pemanasan Laut, Populasi Cumi-cumi Meningkat

Ada Spesimen Ikan dan Moluska di Museum Zoologicum Bogoriense

Presiden: Rehabilitasi Mangrove untuk Pemulihan Lingkungan dan Mitigasi Iklim

Peringatan Dini Tsunami Berakhir, Liwa – Pandeglang Guncangan Dirasakan III-IV MMI

TERPOPULER

  • Komet ISON ini diambil dengan teleskop nasional TRAPPIST di Observatorium La Silla ESO pada 15 November 2013. FOTO: TRAPPIST/E. Jehin/ESO/SPACE.COM

    Kisah Komet ISON yang Hancur Berkeping-keping dan Meredup

    3 bagikan
    Bagikan 1 Tweet 1
  • Sekolah Virtual Mengamati Benda Langit dengan Teleskop Terbesar di Dunia

    3 bagikan
    Bagikan 1 Tweet 1
  • Dr Hawis Madduppa Ahli Keanekaragaman Hayati Laut IPB University Wafat

    3 bagikan
    Bagikan 1 Tweet 1
  • Teknologi Penginderaan Jauh untuk Riset Kelautan

    32 bagikan
    Bagikan 13 Tweet 8
  • Tahun 2022, Pulau Jawa Paling Banyak Kejadian Bencana Alam

    6 bagikan
    Bagikan 2 Tweet 2
  • Bencana Alam Tahun 2022, Lebih Dari 1 Juta Jiwa Mengungsi

    21 bagikan
    Bagikan 8 Tweet 5
  • Kuda Laut, Ikan yang Dipercaya Dapat Menyembuhkan Berbagai Penyakit

    160 bagikan
    Bagikan 68 Tweet 38
  • Tentang
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Terms of Use
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
Email : redaksi@darilaut.id

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Berita
  • Laporan Khusus
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
  • Biota Eksotis
  • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
  • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Selamat Datang Kembali

Masuk dengan Facebook
Masuk dengan Google+
Atau

Masuk Akun

Lupa Password? Mendaftar

Buat Akun Baru

Mendaftar dengan Facebook
Mendaftar dengan Google+
Atau

Isi formulir di bawah ini untuk mendaftar

*Dengan mendaftar di situs kami, anda setuju dengan Syarat & Ketentuan and Kebijakan Privasi.
Isi semua yang diperlukan Masuk

Ambil password

Masukan username atau email untuk mereset password

Masuk