Darilaut – Dengan menyandang nama “babi” dan “rusa”, apakah satwa ini rusa seperti babi atau babi seperti rusa.
Teka-teka ini yang tercakup melalui nama babirusa. Dalam buku Ekologi Sulawesi Whitten, dkk (1987), menulis bahwa babirusa merupakan hewan yang mengandung teka-teki seperti yang tercakup dalam namanya.
Deskripsi babirusa sudah dibuat orang Eropa tahun 1658. Salah satunya oleh Piso mengenai taring babirusa yang melengkung. Kemudian uraian yang lebih mendalam ditulis naturalis Alfred Russel Wallace.
Menurut peneliti dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB Univeristy Dr Abdul Haris Mustari (2020), babirusa dapat diamati saat siang atau malam. Hal ini karena babirusa satwa yang aktif di siang dan malam hari.
Bagi yang ingin mengamati babirusa, peluang terbaik untuk bertemu babirusa adalah dengan mengamati di tempat sumber air minum atau tempat berkubang yang biasa dikunjungi oleh babirusa.
Di musim panas, babirusa sering terlihat berendam di sungai. Kebiasaan berkubang ini untuk mendapat mineral ataupun binatang-binatang kecil seperti larva, cacing atau ulat sebagai sumber protein hewani.
Babirusa jantan yang sudah dewasa biasanya hidup soliter. Nanti saat musim kawin, jantan akan bergabung dengan betina dewasa.
Biasanya, bila melihat babirusa dalam kelompok kecil, ini adalah kawanan dengan seekor betina sebagai pemimpinnya atau matriarchal group.
Dalam kelompok kecil ini terdapat ikatan yang kuat, sehingga mampu mempertahankan diri dari predator.
Perilaku lain yang dapat diamati bila terjadi perkelahian sesama babirusa jantan. Biasanya perkelahian ini untuk memperebutkan betina. Perkelahian babirusa jantan untuk menarik perhatian betina.
Menurut Mustari, babirusa menyukai jenis umbi-umbian seperti kilo, tunas globa dan rebung. Makanan lainnya jamur dan buah-buahan seperti dongi (Dillenia serrata, D. ochreata, D. celebica), rao (Dracontomelon rao dan D. mangiferum).
Kadangkala, menurut Mustari, babirusa terlihat mengais pohon-pohon tumbang yang telah membusuk, kemungkinan untuk mendapatkan sumber protein hewani berupa ulat atau cacing.
Makanan utama babirusa adalah berbagai jenis buah (frugivorous). Namun satwa ini juga mengonsumsi daun, rumput, bahan-bahan dari satwa di antaranya reptil kecil, ikan, burung dan serangga dalam jumlah yang kecil.
Salah satu makanan kesukaan babirusa adalah buah pangi, Pangium edule.
Terdapat 3 jenis satwa babirusa yang tersebar di Pulau Sulawesi dan pulau-pulau kecil.
Babirusa Sulawesi (Babyrousa celebensis) sebarannya berada di Pulau Sulawesi, Babirusa Togean (Babyrousa togeanensis) menyebar di beberapa pulau di Kepulauan Togean, serta Babirusa Maluku (Babyrousa babyrussa).
Dalam buku “Manual Identifikasi dan Bio-Ekologi Spesies Kunci di Sulawesi” yang ditulis Mustari (2020) terdapat perbedaan morfologi pada spesies babirusa.
Berdasarkan deskripsi morfologi setiap spesies, Babirusa Sulawesi/Sulawesi Babirusa (Babyrousa celebensis) penyebarannya di Sulawesi daratan (Sulawesi mainland).
Babirusa ini memiliki ciri tubuh pendek dan rambutnya jarang sehingga tampak telanjang dari kejauhan.
Ciri lainnya, memiliki ekor pendek dan berumbai di ujungnya, gigi taring atas pada jantan pada umumnya panjang dan tebal, dengan gigi taring atas muncul secara vertikal. Ukuran tubuhnya cukup besar.
Spesies Babirusa Maluku berbulu lebat (Hairy Babirusa) atau Babyrousa babyrussa terdapat di Kepulauan Sula dan Pulau Buru. Memiliki rambut pada tubuh tumbuh panjang dan tebal, serta ekor berkembang dengan baik.
Gigi taring atas pada jantan biasanya pendek. Gigi taring atas umumnya berbeda atau sejajar satu sama lain, ukuran tubuhnya kecil dengan ukuran gigi yang kecil pula.
Spesies Babirusa Togean (Togean Babirusa) atau Babyrousa togeanensis terdapat di Pulau Malenge, Talatakoh, Togean dan Batudaka di Kepulauan Togean. Memiliki rambut pada tubuh pendek dan jarang dibanding Babyrousa babyrussa.
Ekor babirusa Togean berkembang dengan baik, gigi taring atas pada jantan biasanya pendek, ramping. Babirusa ini berukuran terbesar, namun giginya kecil.
Menurut Mustari mengenai penyebaran alami babirusa di Sulawesi bagian utara dan Gorontalo, satwa ini hanya dapat ditemukan di bagian barat di kawasan Taman Nasional Bogani-Nani Wartabone, Suaka Margasatwa Nantu dan Pegunungan Boliyohuto, dan Cagar Alam Panua.
Populasi babirusa juga ditemukan di sebelah barat pada hutan-hutan yang masih tersisa di Randangan dan daerah Buol Toli-Toli yang merupakan batas paling barat dari penyebaran di Sulawesi.
Di Sulawesi Tengah babirusa terdapat di Taman Nasional Lore Lindu, Taman Nasional Morowali dan di daerah Luwuk dan Balantak.
Kemudian di Sulawesi Selatan, babirusa dapat dijumpai di bagian utara provinsi ini di kawasan hutan yang berbatasan dengan Sulawesi Tengah, Cagar Alam Faruhumpenai.
Di Sulawesi Tenggara, babirusa terdapat di Taman Nasional Rawa Aopa Watumahai, Suaka Margasatwa Tanjung Peropa.
Sementara di Kepulauan Togean, Babyrousa togeanensis terdapat di empat pulau yaitu Pulau Malenge, Talatakoh, Togean dan Batudaka.
Selanjutnya di Maluku dan Maluku Utara, babirusa terdapat di Pulau Buru dan Kepulauan Sula (Taliabu dan Xanana).
Terdapat pula spesies babirusa yang sudah punah, yang hanya ditemukan dalam bentuk fosil yaitu Babyrousa bolabatuensis. Babirusa ini fosilnya ditemukan di situs Bolabatue, Sulawesi Selatan. Karena itu, nama spesiesnya bolabatuensis.
Babirusa termasuk Apendiks I CITES. Artinya, perdagangan spesimen babirusa dilarang baik dalam bentuk hidup dan atau mati dan atau bagian-bagian serta produk turunannya.
Satwa ini juga termasuk dalam daftar IUCN Red List sebagai jenis-jenis yang terancam punah dengan kategori Vulnerable.
Secara nasional, jenis babirusa ini termasuk dalam jenis dilindungi sesuai Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, sebagaimana lampirannya diubah melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.106 tahun 2018, yang menegaskan bahwa jenis babirusa dilindungi oleh peraturan perundangan.
Komentar tentang post