MENINGKATNYA konsentrasi plastik di laut dan racun yang menempel pada plastik yang terurai, akan masuk dalam perut dan darah ikan. Jika ini dimakan manusia, akan terjadi akumulasi racun atau mikro plastik dalam tubuh manusia.
Selain itu, diperkirakan kematian biota laut, saat ini, akibat kesulitan pencernaan dan pernapasan (ingestion) dan akibat terjerat jaring ikan.
Sampah plastik terurai dari makroplastik, menjadi meso dan mikroplastik yang memakan waktu lama 50 – 500 Tahun. Bahaya pecahan plastik dan jaring ikan akan menutupi akar mangrove, polip terumbu karang, lamun dan permukaan dasar laut.
Hal ini yang menjadi hasil bahasan ASEAN Regional Forum, Marine Debris for Sustainable Fisheries and Food Security in South East Asia. Acara ini berlangsung di Nha Trang, Vietnam 12–15 Mei lalu, yang diselenggarakan oleh pemerintah Vietnam dam Thailand, didukung United States Departmen of State, USA dan Asean Secretariat.
Kegiatan tersebut dihadiri 90 Peserta yang merupakan perwakilan kementerian dan lembaga dari negara-negara ASEAN, Asia Selatan, East Asia dan USA dan FAO. Selain itu, ahli dibidang marine plastic debris, pengambil keputusan, innovators, NGOs dan dunia usaha, dari berbagai negara.
Para peserta berasal dari Vietnam, Thailand, Indonesia, Philippines, Myanmar, USA, Australia. Kemudian China, Srilangka, India, Pakistan, Laos, Kamboja, Brunai dan Timor Leste. Mewakili dunia usaha hadir Tetra Pack dan Meridian.
Dalam kegiatan ini, Indonesia yang diwakili Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (PRL) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mempresentasikan inisiatif Indonesia melalui Perpres 83/2018. Khususnya mengenai kebijakan pemerintah Indonesia dalam mengatasi sampah laut dan progressnya. Kemudian menjabarkan kegiatan Gita Laut Ditjen PRL KKP, implementasinya dan rencana ke depan.
Presentasi ini mendapat tanggapan yang luas dari peserta. Hal ini karena Indonesia telah memiliki Kebijakan Nasional (National Policy) mengatasi Marine Debris.
Di lapangan, Ditjen PRL melalui Gita Laut, melakukan pembinaan kelompok untuk mengumpulkan dan mengolah sampah menjadi produk value chain plastik dan kompos.
Marine Debris sudah menjadi masalah resional ASEAN dan juga East Asian, termasuk China dan Timor Leste, Australia dan New Zealand.*
Komentar tentang post