Darilaut – Mayoritas penduduk Islandia tidak mengonsumsi daging paus. Perburuan paus yang berlangsung bertahun-tahun untuk keperluan ekspor, terutama ke negara Jepang atau disajikan kepada turis di restoran.
Sejak Jepang yang menjadi pasar utama Islandia, kembali ke perburuan paus komersial, permintaan daging paus menurun.
Kuota tahunan Islandia untuk 2019 hingga 2023 memungkinkan perburuan 209 paus sirip — spesies terbesar kedua di planet ini setelah paus biru dan dianggap terancam punah — dan 217 paus minke, salah satu spesies terkecil.
Meskipun kuota perburuan ditetapkan lebih dari 400 paus sirip dan minke, hanya satu paus yang diburu tahun lalu. Hal ini karena tidak ada permintaan ekonomi untuk itu.
Mengutip Goodnewsnetwork.org (18/2) penangkapan paus di Islandia mulai terjadi pada 1948. Ketika itu, turis salah mengira bahwa perburuan paus adalah praktik tradisional yang sudah berabad-abad dan daging paus adalah makanan pokok di pulau itu.
Padahal, kenyataannya, daging paus itu hanya hidangan untuk turis di restoran. Bukan untuk dikonsumsi warga setempat.
Hasil penelitian yang dilakukan The International Fund for Animal Welfare (IFAW) atau Dana Internasional untuk Kesejahteraan Hewan, orang Islandia percaya bahwa paus lebih berharga hidup daripada mati. Penelitian ini bagian dari kampanye ‘Meet Us Don’t Eat Us.’
Komentar tentang post