Acara berlangsung secara hybrid dan diikuti oleh seluruh negara anggota WMO dan negara anggota IOC-UNESCO, dimana sebanyak 77 peserta dari 33 negara menghadiri pertemuan ini secara langsung dan tercatat 105 peserta yang mengikuti pertemuan ini secara online.
Dwikorita mengatakan, ketersediaan data dan informasi kelautan yang akurat dan andal juga sangat bermanfaat untuk meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir, pembangunan sektor kelautan dan perikanan, keamanan dan keselamatan pelayaran, serta dapat memperkuat sistem peringatan dini bencana, khususnya tsunami.
Bagi Indonesia sendiri, menurut Dwikorita, pengamatan, pemantauan, dan prakiraan kondisi laut menjadi sebuah kebutuhan.
Pasalnya, sebagai negara kepulauan tropis di mana sekitar 70% wilayahnya diselimuti oleh air, Indonesia memiliki keseimbangan antara daratan dan lautan yang sangat dipengaruhi oleh interaksi dinamis antara udara dan lautan-penggerak iklim yang sangat penting di wilayah ini.
Di Indonesia, kata Dwikorita, interaksi darat-laut telah menjadi pendorong utama karakteristik cuaca-iklim. ENSO dan IOD telah menjadi faktor yang menonjol karena posisi geografis Indonesia yang berada di antara dua benua dan dua samudera, yaitu Samudera Hindia dan Pasifik.
Selain itu, aktivitas Arus Lintas Indonesia (Indonesian Through Flow) juga turut mempengaruhi kondisi cuaca dan iklim di Indonesia.