Wini mengatakan kurangnya EPA dan DHA dapat menjadi pemicu atas terjadinya penurunan kesehatan dan kecerdasan yang dikhawatirkan juga terjadi sebagai dampak lanjut stunting di Indonesia.
Tercatat oleh World Health Organization (WHO) tahun 2017, sebanyak 2 dari 5 balita stunting berada di Asia Tenggara. Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka stunting di Indonesia masih 21,6 persen.
“Oleh sebab itu kita perlu mencari cara bagaimana agar EPA dan DHA pada anak Indonesia dapat tercukupi,” kata Wini seperti dikutip dari Ipb.ac.id.
“Yang telah kami lakukan adalah memanfaatkan limbah mata ikan tuna menjadi suplemen minyak ikan kaya DHA dalam bentuk kapsul yang diberi nama Vita Docosa.”
Vita Docosa di design untuk semua kalangan terutama untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan balita yang membutuhkan kecukupan gizi yang optimal.
Dua kapsul Vita Dacosa telah setara sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) DHA yang dibutuhkan oleh seseorang. Saat ini Vita Docosa telah diproduksi dan akan menjadi produk yang dikomersialkan.
Wini berharap inovasi ini dapat menjadi perhatian pemerintah untuk dapat disalurkan ke masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan dampak stunting di Indonesia.
Ikan tuna terkenal sebagai makanan mewah yang produksinya diekspor ke berbagai penjuru dunia. Hanya saja, tidak semua bagian ikan tuna dimanfaatkan oleh berbagai industri.
Komentar tentang post