Darilaut – Lebih dari 100 Jenis tumbuhan digunakan masyarakat di Pulau Batanta, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, untuk berbagai keperluan sehari-hari. Salah satunya untuk pengobatan tradisional.
Contoh kearifan lokal masyarakat adat Batanta untuk pengobatan adalah pemanfaatan tumbuhan “wil-gelfun” (Coscinium fenestratum).
Tumbuhan ini terdapat di hutan dan digunakan untuk pengobatan tradisional malaria, sakit mata, gangguan pencernaan, serta badan letih.
“Tumbuhan “teliih” (Terminalia catappa) yang banyak tumbuh liar di pesisir digunakan untuk mengobati luka terbuka, gangguan pencernaan, hingga diare,” kata Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Destario Metusala, mengutip siaran pers BRIN, Jumat (25/3).
Destario mengatakan berbagai sample tumbuhan yang telah dikumpulkan ini, dicatat menggunakan nama lokal bahasa Batanta/Batta.
Selanjutnya tim akan melakukan identifikasi untuk mengetahui nama ilmiahnya, sehingga akan memudahkan untuk dilakukan kajian lebih mendalam.
Penelitian ini memiliki nilai urgensi yang tinggi, mengingat jumlah masyarakat suku Batanta yang tergolong terbatas dan umumnya mendiami kawasan selatan Pulau Batanta, tepatnya di tiga kampung yaitu Yenanas, Waiman dan Wailebet.
Kearifan lokal masyarakat adat dalam memanfaatkan tumbuhan di sekitarnya perlu didokumentasikan agar pengetahuan tersebut tidak punah.
Komentar tentang post