Darilaut – Lebih dari 100 Jenis tumbuhan digunakan masyarakat di Pulau Batanta, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, untuk berbagai keperluan sehari-hari. Salah satunya untuk pengobatan tradisional.
Contoh kearifan lokal masyarakat adat Batanta untuk pengobatan adalah pemanfaatan tumbuhan “wil-gelfun” (Coscinium fenestratum).
Tumbuhan ini terdapat di hutan dan digunakan untuk pengobatan tradisional malaria, sakit mata, gangguan pencernaan, serta badan letih.
“Tumbuhan “teliih” (Terminalia catappa) yang banyak tumbuh liar di pesisir digunakan untuk mengobati luka terbuka, gangguan pencernaan, hingga diare,” kata Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Destario Metusala, mengutip siaran pers BRIN, Jumat (25/3).
Destario mengatakan berbagai sample tumbuhan yang telah dikumpulkan ini, dicatat menggunakan nama lokal bahasa Batanta/Batta.
Selanjutnya tim akan melakukan identifikasi untuk mengetahui nama ilmiahnya, sehingga akan memudahkan untuk dilakukan kajian lebih mendalam.
Penelitian ini memiliki nilai urgensi yang tinggi, mengingat jumlah masyarakat suku Batanta yang tergolong terbatas dan umumnya mendiami kawasan selatan Pulau Batanta, tepatnya di tiga kampung yaitu Yenanas, Waiman dan Wailebet.
Kearifan lokal masyarakat adat dalam memanfaatkan tumbuhan di sekitarnya perlu didokumentasikan agar pengetahuan tersebut tidak punah.
Terlebih kearifan lokal tersebut umumnya lebih dikuasai oleh kelompok lanjut usia dan banyak tidak diketahui oleh kelompok generasi muda.
Pertengahan bulan Maret tahun 2022 ini, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua Barat dan BRIN telah melaksanakan studi inventarisasi keragaman anggrek dan potensi pemanfaatan keanekaragaman tumbuhan oleh masyarakat adat di Pulau Batanta.
Pulau Batanta merupakan salah satu dari empat pulau besar di Kabupaten Raja Ampat yang terletak sekitar 34 kilometer dari arah barat Kota Sorong.
Pulau tersebut memiliki beragam tipe ekosistem yang masih sangat alami. Tak hanya itu, kearifan lokal masyarakat adat dalam memanfaatkan tumbuhan di sekitarnya menarik untuk diteliti.
Tim kajian dari BBKSDA Papua Barat, kata Reza Saputra, mengatakan, hasil observasi sementara memperlihatkan lebih dari 100 jenis tumbuhan digunakan oleh kelompok masyarakat adat untuk berbagai keperluan.
Tumbuhan ini digunakan untuk obat-obatan, pangan lokal, pakaian, upacara tradisional, kerajinan, perlengkapan rumah, bangunan, hingga material untuk membuat perahu.
Komentar tentang post