Darilaut – Gempa bumi yang terjadi di Laut Banda dengan magnitudo (M) 7,5 pada Selasa (10/1) disebabkan oleh aktivitas penunjaman di Laut Banda dengan mekanisme sesar naik.
Hal ini berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, kedalaman, data mekanisme sumber dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), The United States Geological Survey (USGS) Amerika Serikat dan GeoForschungsZentrum (GFZ) Jerman.
Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kejadian gempa bumi ini menyebabkan tsunami yang tercatat di Seira 9 cm dan Larat 5 cm.
Data Badan Geologi pantai di Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan Kabupaten Maluku Barat Daya tergolong rawan tsunami, dengan potensi tinggi tsunami di garis pantai lebih dari 2 m.
Catatan Badan Geologi kejadian tsunami pernah melanda wilayah di sekitar Laut Banda pada tahun 1629, 1852, 1938 dan 1975.
Data Badan Geologi, sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi tinggi hingga rendah.
Gempa bumi tersebut telah mengakibatkan terjadinya bencana di Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Tercatat bangunan yang mengalami kerusakan seperti kantor bupati, Hotel Galaxy, rumah penduduk di Kecamatan Wuarlabobar dan Saumlaki.
Komentar tentang post