Darilaut – Ikan hias termasuk salah satu komoditi perikanan yang menjadi unggulan ekspor Indonesia di masa Pandemi Covid-19.
Nilai ekspor Indonesia untuk ikan hias pada tahun 2019, menguasai 10,5 persen pasar dunia (data Dirtjen PDSPKP KKP). Negara tujuan ekspor meliputi Tiongkok, Amerika Serikat, Rusia, Kanada dan Singapura.
Pada periode Januari–Mei 2021, menurut data nilai ekspor ikan hias Indonesia mencapai USD15,2 juta.
“Kunci Indonesia tumbuh menjadi eksportir nomor satu ikan hias di dunia, adalah berkolaborasi dan bersinergi,” kata Kepala Pusat Riset Perikanan Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), Yayan Hikmayani, saat Webinar series tersebut akan membahas aspek riset dan bisnis dari ikan arwana, mas koki, cupang, koi dan aquatic plant.
Webinar Series Merah Putih Ikan Hias Tahun 2021 tersebut dalam rangka menyambut HUT RI ke-76. Kegiatan ini diselenggarakan Pusat Riset Perikanan Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH) – BRSDM, bekerja sama dengan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga (FPIK Unair), pada 9-18 Agustus 2021.
Menurut Yayan, pencapaian RPJMN 2020-2024 dalam menetapkan strategi pembangunan ikan hias meliputi kualitas mutu produksi, promosi, konservasi spesies, dan habitat ikan hias endemik. Peta jalan mempercepat pengembangan industri ikan hias secara nasional harus dibangun sinergi hulu hingga hilir.
Dekan FPIK Unair, Moch Amin Alamsjah mengharapkan webinar ini dapat mendorong inovasi yang dapat meningkatkan potensi perekonomian nasional, sekaligus menimbulkan rasa cinta terhadap Indonesia.
“Saya yakin kerja sama ini dapat dilanjutkan pada aspek lainnya dalam lingkup pengabdian masyarakat,” katanya.
Koordinator Kegiatan Penelitian Arwana di BRBIH, Rendy Ginanjar, mengatakan penelitian arwana di BRBIH telah dimulai sejak 2005. Sampai saat ini riset arwana telah dilakukan untuk arwana Papua, arwana Red Banjar, arwana Hijau Silver Brasil dan arwana Super Red.
Untuk menyelamatkan spesies tersebut, BRBIH sejak tahun 2020 melaksanakan penelitian arwana Super Red, yang meliputi identifikasi jenis kelamin secara cepat dan murah.
Melaksanakan percepatan rematurasi pematangan gonad melalui stimulasi pakan dan hormonal (menggunakan ekstrak kaktus maupun menggunakan dosing hormone). Kemudian, peningkatan kapasitas reproduksi arwana Super Red, serta perbaikan sistem pemeliharaan induk dan benih arwana Super Red.
Menurut Rendy arwana memiliki berbagai macam jenis seperti Golden Red, Red Banjar, Irian, Silver dan Super Red. Namun faktanya hanya arwana jenis Super Red asal Kalimantan Barat yang paling banyak diburu.
Nilai ekspor arwana Super Red cukup besar. Pada tahun 2018, arwana Super Red yang terjual mencapai 4.058 ekor dengan nilai Rp10,145 miliar, dan di tahun 2019 volume ekspor menjadi 2.360 ekor atau senilai Rp2,575 miliar.
Karena ketenarannya, ikan jenis ini pun pernah diklaim oleh negara lain sebagai hewan endemik mereka.
Namun klaim negara lain tersebut tidak mendasar dan mendapat protes keras dari Indonesia.
“Arwana Super Red berstatus endangered atau spesies yang sedang menghadapi risiko kepunahan di alam liar pada waktu dekat,” kata Rendy.
Dari penelitan tersebut, didapatkan hasil bahwa BRBIH telah mampu mendeteksi jenis kelamin ikan arwana melalui metode molekuler.
Pemberian pakan secara kontinyu dan memenuhi kecukupan gizi harian mampu meningkatkan pematangan gonad arwana dalam waktu 6 bulan.
Selain itu, pemberian ekstrak kaktus mampu meningkatkan proses pematangan gonad pada ikan arwana. Perbaikan sistem pemeliharaan dengan sistem resirkulasi, dan arwana Super Red di BRBIH mampu memijah pada lahan terbatas, bak beton dan dengan jumlah indukan yang terbatas.
Komentar tentang post