Darilaut – Bila melihat peta dunia, antara Jerman dan Henan di China berjarak lebih dari 10 ribu kilometer.
Dalam pekan terakhir, di wilayah yang berjauhan itu dilanda banjir dahsyat yang mengakibatkan ratusan orang meninggal dunia dan lebih kurang setengah juta orang mengungsi ke tempat yang aman.
Kedahsyatan banjir di dua negara itu, yang satu berada di dekat Samudera Pasifik Utara dan satunya lagi di Samudera Atlantik Utara dihubungkan dengan perubahan iklim dunia.
Di Provinsi Henan, China tengah, intensitas hujan yang biasanya mengguyur wilayah itu dalam setahun, curahan hanya dalam 3 hari saja.
Hingga 22 Juli, banjir besar yang melanda kota Zhengzhou dan Provinsi Henan pada 20 Juli 2021 menewaskan sebanyak 33 orang dan 8 masih dinyatakan hilang, 3 juta orang telah terkena dampak dan 376.000 orang dievakuasi ke tempat yang lebih aman.
Di Jerman, menurut Euronews.com, korban tewas akibat bencana banjir pekan lalu di seluruh negeri total 177 orang, sementara 32 orang lainnya tewas di negara tetangga Belgia.
Korban meninggal kemungkinan akan bertambah karena lebih dari 100 orang masih hilang di Jerman.
Ketika kehancuran begitu besar, para ilmuwan Eropa sedang bergulat, bagaimana kerusakan seperti itu bisa terjadi di negara terkaya dan paling maju secara teknologi di dunia.
Komentar tentang post