Darilaut – Hasil monitoring kesehatan terumbu karang di perairan Kota Batam, Kepulauan Riau, didominasi kelompok karang non-acropora yang berpolip besar.
Peneliti Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Tanjung Pinang Dedy Kurniawan, mengatakan, dari monitoring yang dilakukan selama dua pekan menunjukkan jenis karang yang dominan ditemukan di Perairan Batam adalah kelompok karang non-Acropora yang berpolip besar.
Menurut Dedy, karang ini tahan terhadap kondisi perairan bersedimentasi tinggi dan beratus. Umumnya yang ditemukan jenis Porites sp., Goniopora sp., Pavona sp., Fungia sp., dan Favites sp.
Kondisi kesehatan karang di lokasi monitoring, kata Dedy, secara garis besar berada pada status sedang. Secara keseluruhan kondisi tutupan karang hidup di perairan Pulau Abang dan Perairan Karas berada pada kondisi sedang, dengan kisaran tutupan karang hidup antara 20-40%.
Monitoring ini dilakukan Pusat Penelitian Oseaografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerjasama dengan Dinas Perikanan Bintan dan UMRAH.
Pemantauan kesehatan karang atau Reef Health Monitoring 2021 di Batam berlangsung selama dua pekan, tanggal 27 Mei – 9 Juni 2021. Lokasi pemantauan tersebar pada 19 area untuk terumbu karang, sepuluh area Mangrove dan delapan area lamun antara Pulau Abang dan Pulau Karas.
Terdapat 25 orang yang dibagi menjadi empat tim yaitu tim karang, tim lamun, tim mangrove, dan tim sosial-ekonomi. Sasaran utama penelitian tersebut adalah mengetahui informasi terkini terumbu karang, ikan karang, dan megabentos, serta ekosistem sekitar karang seperti lamun dan mangrove.
Koordinator Tim Monitoring dan Evaluasi Coremap-CTI Batam yang juga Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Ucu Yanu Arbi, mengatakan, monitoring di Batam merupakan yang kelima sejak 2015. Sempat tidak dilakukan monitoring tahun 2019-2020.
Studi 2021 ini merupakan program COREMAP tahun ke-5 atau tahun terakhir yang di mulai sejak 2015.
Dari data yang diambil dari tahun ke tahun, akan terlihat grafik kesehatan karang dan ekosistem terkait, apakah naik, turun, atau fluktuatif. Sehingga dapat diketahui tindakan apa yang dapat dilakukan selanjutnya.
Monitoring juga bertujuan untuk mengumpulkan data geospasial dan data kualitas air pada ekosistem pesisir terkini. Data-data tersebut diambil dengan turun langsung dengan pemantauan dari bawah air dan pengambilan sampel.
Menurut Kepala Seksi Pendampingan Unit Pengolahan Ikan Dinas Perikanan Kabupaten Bintan, Muin Sinaga, saat monitoring berlangsung, dalam beberapa mengalami arus yang kuat dan air yang keruh.
Untuk pemantauan ikan karang menggunakan metode Underwater Visual Census atau UVC di mana data jumlah ikan didapatkan dari apa yang dilihat, sehingga air yang keruh dapat mempengaruhi hasil monitoring.
Muin mengatakan data-data yang didapatkan pada Reef Health Monitoring di Batam akan dijadikan rekomendasi kebijakan bagi pemerintah daerah sebagai upaya pelestarian terumbu karang dan ekosistem yang terkait.
Terumbu karang memiliki peran penting untuk ekosistem laut dan kehidupan manusia pada umumnya. Hasil sedimentasi kapur yang terbentuk dari kalsium karbonat yang dihasilkan oleh biota laut tersebut merupakan tempat bernaung dan sumber makanan bagi krustasea, bulu babi, anemon laut, bintang laut, teripang, dan ikan-ikan kecil lainnya.
Terumbu karang sangat rentan terhadap perubahan lingkungan sekitarnya, sehingga keasrian karang membutuhkan pengelolaan dan perhatian khusus.
Data sosial-ekonomi juga diambil sebagai pendukung penelitian Reef Health Monitoring tersebut. Tim sosial-ekonomi mengambil data dengan cara wawancara mendalam dan kuesioner dari penduduk di daerah sekitar pantai.
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui kewaspadaan masyarakat terkait pentingnya terumbu karang dan mengetahui pola konsumsi masyarakat terhadap ekosistem karang seperti teripang, bulu babi, dan kima.
Data yang diambil digunakan sebagai data pendukung tentang pengaruh masyarakat sekitar terhadap kesehatan karang, lantaran kegiatan sehari-hari penduduk sekitar pantai memiliki pengaruh yang tinggi terhadap kesehatan karang.
Dosen UMRAH Khairunnisa mengatakan tujuan penelitian sosial-ekonomi ditujukan untuk mengetahui manfaat ekonomi terumbu karang bagi masyarakat. Selain itu juga untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang keberadaan terumbu karang.
Menurut Nisa, dari hasil survei dan wawancara, penduduk menggunakan alat tangkap ramah lingkungan yang tidak merusak karang, seperti pancing.
Jika ada nelayan lain di luar Pulau Nguan yang mengambil ikan dengan alat tangkap yang merusak karang atau yang merusak karang secara langsung, akan ditindak oleh warga.
Komentar tentang post