Darilaut – Mesin penyedot air menderu di Botudulanga, lokasi pendulangan emas di aliran sungai di Desa Hulawa, Kecamatan Buntulia, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo.
Puluhan pendulang emas berada di dalam lubang penggalian. Dengan menggunakan baki atau alat untuk mendulang, mereka menggoyang perlahan untuk memisahkan pasir dan butiran emas.
Di lubang tambang berupa pasir dan kerikil itu, mesin penyedot air diaktifkan untuk dibuang ke aliran Sungai Botudulanga.
Lubang tambang itu berukuran panjang sekitar 100 meter dan kedalaman lebih 20 meter. Di bagian atas, sebuah ekskavator melakukan penggalian.
Botudulanga lebih dari satu abad dikenal sebagai tempat penambangan emas rakyat di Pohuwato yang dulunya dengan kode wilayah “Pagoeat” di masa pemerintahan Hindia Belanda.
Penambangan emas skala kecil ini tanpa menggunakan tromol dan merkuri untuk menangkap emas.
Alat ekskavator digunakan untuk menggali butiran emas yang bercampur dengan material pasir dan kerikil.
Penggalian ini akan membentuk lubang besar. Pendulang akan mencari emas di bagian dasar galian dibantu alat penyedot air.
Ada banyak lubang galian yang sementara aktif untuk mendulang emas di Botudulanga. Begitu pula lubang yang sudah ditinggalkan dan dipenuhi dengan air.
Tempat penambangan Botudulanga memanjang lebih dua kilo meter, dari Dusun Puodaa ke Poladingo di Desa Hulawa. Kurang lebih 30 ekskavator berada di lokasi ini.
Penambang emas di Botudulanga bukan hanya berasal dari Kabupaten Pohuwato, terutama dari Kecamatan Marisa, Buntulia dan sekitarnya.
Di lokasi ini ada penambang emas yang datang dari Kabupaten Boalemo, daerah yang bersebelahan dengan Pohuwato.
Penambang lainnya berdatangan dari Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara dan Sulawesi Tenggara, mendulang emas di Botudulanga.
Pada Kamis (2/11) siang, kami berpapasan dengan tiga penambang perempuan dari Moutong. Mereka akan menuju ke salah satu lubang galian, dengan membawa baki tempat mendulang emas.
Di sepanjang aliran Sungai Botudulanga lebih 1000 penambang emas dari berbagai daerah setiap hari beraktivitas ditempat ini.
Siang itu, suhu panas menyengat kulit. Nander, 44 tahun, berbaring sejenak untuk istirahat di tenda biru kecil yang hanya bisa menampung satu orang saja.
Nander penambang emas dari Boalemo. Setiap hari dapat mendulang 1 gram emas. Bila lagi beruntung, Nander dapat mendulang 2 – 3 gram emas.
Menurut Nander, lubang galian di Botudulanga terbentuk karena penambang mengikuti material yang mengandung emas.
Istilah di lokasi pendulangan Botudulanga, material ini disebut kati. Sementara untuk penggalian di bagian perbukitan atau pegunungan disebut rep.
Kati atau rep sebagai penanda emas ada di titik tersebut, dengan pola horizontal atau vertikal, serta gabungan sejajar dan ke bawah.
Tokoh penambang emas rakyat dari Buntulia, Pohuwato, Subroto Pakaya, 56 tahun, mengatakan, lokasi pendulangan emas di Botudulanga sudah ada sejak ratusan tahun lalu.
Botu Dulanga itu, kata Subroto, “batu pendulangan emas atau lokasi batu untuk pendulangan emas.”
Dalam “bahasa Gorontalo botu hulawa delo dudangata atau botu dulanga,” ujar Subroto yang mewarisi keahlian menambang emas dari ayah dan kakeknya.
Botu hulawa delo dudangata, artinya batu emas seperti cukuran kelapa.
Material yang mengandung emas di Pohuwato berada di banyak titik-titik penggalian dan pendulangan emas.
Awal pendulangan emas ratusan tahun lalu di Pohuwato bermula dari Botudulanga. Kisah penggalian dan pendulangan emas ini, kemudian menyebar ke titik lain di perbukitan dan pegunungan, seperti di Gunung Pani dan Gunung Baginite. (Verrianto Madjowa)