Darilaut – Dalam kegiatan rehabilitasi kawasan hutan atau penanaman biasanya menggunakan polybag atau kantong plastik berwarna hitam dengan lubang kecil.
Penggunaan polybag ini termasuk cara yang tidak ramah lingkungan. Hal ini karena polybag akan menyisakan sampah plastik.
Untuk mengurangi bahan baku dari plastik untuk proses penanaman atau rehabilitasi kawasan hutan, Balai Taman Nasional Gunung Palung mulai gencar mengganti polybag dengan ecopolybag.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Palung M. Ari Wibawanto mengatakan pembuatan ecopolybag merupakan langkah nyata dari pemerintah melalui Balai Taman Nasional Gunung Palung, untuk mengurangi penggunaan bahan plastik dalam kegiatan rehabilitasi kawasan hutan.
Langkah ini diharapkan dapat didukung dan diikuti oleh seluruh stakeholder yang berkepentingan, sehingga kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan dapat berjalan tanpa adanya sampah plastik.
Balai Taman Nasional Gunung Palung akan terus mendorong melibatkan anggota kelompok dalam memproduksi ecopolybag. Selain mengurangi sampah plastik, kegiatan ini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
Bahan baku untuk membuat ecopolybag bukan hanya dari bambu, tapi juga dari jenis lainnya seperti nipah, pandan atau jenis organik lainnya.
Menurut Ari, di Taman Nasional Gunung Palung, ecopolybag yang dihasilkan anggota kelompok dibeli dan diserap untuk kegiatan rehabilitasi hutan yang lebih ramah lingkungan. Balai taman nasional juga menyediakan pusat informasi untuk melatih para anggota kelompok agar dapat membuat ecopolybag yang baik dan memenuhi standar yang telah ditetapkan.
Komentar tentang post