Darilaut – Indonesia yang berada di wilayah tropis memiliki keunikan karena terdapat salju abadi di Pegunung Jayawijaya, Papua.
Selama ini, salju abadi tersebut menarik banyak perhatian dari kalangan ilmuwan, peneliti, serta pecinta alam.
Berdasarkan dokumentasi foto BMKG dari tahun ke tahun, mulai Juni 2010, terlihat penyusutan luas dan ketebalan salju abadi tersebut.
Salju abadi di Jayawijaya di ambang kepunahan karena luasan tutupan es mengalami penurunan drastis.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) penyebab utama pencairan es di Pegunung Jayawijaya lantaran laju perubahan iklim yang kian tidak terkendali. Fenomena El Nino juga turut mempercepat kepunahan tutupan es.
Staf Bidang Standardisasi Instrumen Meteorologi BMKG Najib Habibie menjelaskan hasil monitoring tahun ini menunjukan ketebalan es di Puncak Sudirman hanya tinggal empat meter saja.
Data ini didapatkan setelah pada tahun 2023 sebanyak 14 stake (alat pengukur ketebalan es) sudah tersingkap.
“Ketebalan es sudah menyusut signifikan,” kata Najib. Hasil pengukuran BMKG pada 2010 ketebalan es 32 meter, kemudian menjadi 5,6 meter saat November 2015 – Mei 2016.
Upaya monitoring gletser di Papua ini sudah dilakukan sejak tahun 2010 bekerja sama dengan PT Freeport Indonesia, dengan memasang stake berupa beberapa potongan pipa yang disambungkan dengan tali, dan kemudian akan dimonitor secara berkala.