Darilaut – Kesehatan manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan saling bergantung dan berhubungan erat.
Karena itu, resistensi antimikroba (antimicrobial resistance – AMR) adalah salah satu ancaman kesehatan global terbesar.
Hal ini dikaitkan dengan sekitar lima juta kematian pada tahun 2019, dan jika tidak ditangani, hal ini dapat menimbulkan dampak yang sangat buruk terhadap masyarakat dan perekonomian.
Seperti polusi dari sektor farmasi, pertanian, dan layanan kesehatan merupakan salah satu pendorong utama Resistensi antimikroba. Ini terjadi ketika bakteri, virus, jamur, dan parasit berevolusi seiring berjalannya waktu dan mengembangkan kemampuan untuk mengalahkan obat yang dirancang untuk melawannya.
Sebuah penelitian baru-baru ini menemukan bahwa lebih dari seperempat dari 258 sungai di seluruh dunia telah tercemar oleh obat-obatan hingga tingkat yang beracun. Konsentrasi bahan aktif farmasi tertinggi ditemukan di Afrika Sub-Sahara, Asia Selatan, dan Amerika Selatan.
Hasil penelitian dari Program Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) menunjukkan bahwa masalah ini dapat mengurangi PDB sebesar US$ 3,4 triliun setiap tahunnya dan mendorong 24 juta orang ke dalam kemiskinan ekstrem pada dekade berikutnya.
“Membatasi munculnya dan penyebaran resistensi antimikroba sangat penting untuk menjaga kemampuan dalam mengobati penyakit, mengurangi risiko keamanan dan keamanan pangan, melawan kesenjangan dan melindungi lingkungan,” kata Kepala Cabang Kimia dan Kesehatan UNEP, Jacqueline Álvarez, mengutip dari Unep.org.