Sabtu, Mei 24, 2025
Beri Dukungan
redaksi@darilaut.id
Dari Laut
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Masuk
  • Daftar
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Bisnis dan Investasi
    • Pemilu & Pilkada
    • Kesehatan
  • Eksplorasi
  • Kajian
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
    • Orca
    • Hiu Paus
    • Biota Eksotis
  • Cek Fakta
  • Iklim
  • Advertorial
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Bisnis dan Investasi
    • Pemilu & Pilkada
    • Kesehatan
  • Eksplorasi
  • Kajian
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
    • Orca
    • Hiu Paus
    • Biota Eksotis
  • Cek Fakta
  • Iklim
  • Advertorial
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Dari Laut
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Home Sampah & Polusi

Burung-burung di Pesisir Gorontalo Terkontaminasi Merkuri

redaksi
1 Juli 2018
Kategori : Sampah & Polusi
0

Prof. Dr. Ramli Utina. FOTO: DARILAUT.ID

Gorontalo – Burung-burung yang mencari mangsa di perairan pesisir dan laut di Provinsi Gorontalo terkontaminasi logam berat merkuri. Hasil penelitian yang dilakukan dosen Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo Prof Dr Ramli Utina menemukan sejumlah spesies burung yang telah tercemar merkuri.

“Di pesisir Gorontalo Utara empat spesies dan di Pohuwato tujuh spesies burung terakumulasi logam merkuri,” kata Ramli Minggu (1/7).

Burung-burung ini hidup dan mencari makan di pesisir Gorontalo Utara, Laut Sulawesi dan pesisir Pohuwato, Teluk Tomini. Burung-burung predator ini makanannya ikan, serangga dan invertebrata lainnya di pesisir.

Menurut Ramli, empat jenis burung yang terbanyak hadir di pesisir Gorontalo Utara mencari makan terutama pada saat air surut. Sebagian besar burung pesisir ini membuat sarangnya di pulau-pulau terdekat dengan pantai Utara, seperti di pulau Raja.

Burung-burung ini, telah mengonsumsi biota seperti ikan, kepiting, kerang dan moluska yang hidup di perairan yang tercemar logam berat. “Di Marisa biota yang menjadi mangsa burung antara lain Ikan, krustasea, pelecypoda, dan gastropoda,” katanya.

Burung-burung yang menggunakan habitat perairan pesisir sangat rentan terhadap pencemaran perairan. Spesies burung sebagai predator puncak, mencari makan berbagai biota perairan. Rantai makanan telah tercemar limbah merkuri, diindikasikan pada tubuh biota perairan.

Masuknya logam merkuri ke dalam sistem ekologi ini dapat memberikan pengaruh secara beruntun pada biota. Mulai dari tingkatan tropik yang paling rendah sampai dengan tingkatan tropik teratas. Biota seperti ikan, kepiting dan kerang yang hidup di perairan pesisir dapat mengkonsumsi logam merkuri dari perairan yang tercemar.

Jika ikan, kepiting, kerang ini masuk dalam rantai makanan, terjadi akumulasi logam merkuri yang cukup tinggi dalam tubuh burung air. Kondisi ini dapat menyebabkan kelainan, gangguan penyakit dan kematian.

Empat jenis burung yang terkontaminasi merkuri di pesisir Gorontalo Utara, yakni Tringa sp. (Trinil). Burung ini terkontaminasi merkuri lebih tinggi dalam organ ginjal. Seperti jenis Tringa melanoleuca kandungan merkuri (0.43 ppm). Kemudian jenis Butorides striatus (0.22 ppm), Actitis hypoleucos (0.19 ppm), dan Pluvialis squatarola (0.11 ppm).

Dalam organ hati, kandungan merkuri terbesar jenis Tringa melanoleuca (0.31 ppm), Actitis hypoleucos (0.18 ppm), organ hati pada Butorides striatus (0.17 ppm) dan Pluvialis squatarola (0.10 ppm).

Merkuri juga ditemukan pada jaringan otot dada burung. Burung jenis Tringa melanoleuca (0.31 ppm), Butorides striatus (0.12 ppm), Actitis hypoleucos dan Pluvialis squatarola kandungan merkuri pada otot dada (0.10 ppm).

Di pesisir Pohuwato, tujuh spesies burung yang mencari mangsa di perairan pesisir telah diidentifikasi terakumulasi merkuri. Tujuh spesies burung itu, yakni Tringa glareola (0,3537 ppm), Butorides striatus (0,1070 ppm) dan Himantopus leucocephalus (0,5756 ppm). Selain itu, Anas gibberifrons (0,0962 ppm), Todirhamphus chloris (2,3447 ppm), Numenius phaeopus (0,2961 ppm) dan Nycticorax nycticorax (0,2484 ppm).*

Advertisement
Tags: gorontalo utaralaut sulawesimerkuripohuwatoteluk tomini
Bagikan7Tweet5KirimKirim
Previous Post

Peneliti: Populasi Penyu di Sumatera Barat 30 Ribu Ekor

Next Post

Rekaman 10 Tahun Hiu Paus di Perairan Gorontalo

Postingan Terkait

Ilmuwan Temukan Tumpukan Sampah Mikroplastik Dasar Laut Terbesar di Dunia

Riset BRIN, Kaum Muda Peduli Isu Polusi Laut dan Perubahan Iklim

21 Mei 2025
Digitalisasi Salah satu Cara Mencegah Penyimpangan BBM Bersubsidi Bagi Nelayan

Setara Solar, Petasol Telah Diuji Pada Alat Transportasi Perahu Nelayan

14 Mei 2025

BRIN Kembangkan Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar Cair Setara Solar

UNEP: Polusi Plastik Ancaman Lingkungan Terberat yang Dihadapi Bumi

Krisis Polusi Meningkat, 180 Negara Bahas Pembatasan Bahan Kimia Beracun

Krisis Limbah Industri Mode dan Tekstil

Menyoroti Limbah Industri Mode dan Tekstil

Mode dan Tekstil Memicu Krisis Sampah Global

Next Post
Rekaman 10 Tahun Hiu Paus di Perairan Gorontalo

Rekaman 10 Tahun Hiu Paus di Perairan Gorontalo

Komentar tentang post

TERBARU

Dewan Pers Masih Mempelajari Pencabutan Artikel di Kolom Opini Detik.com

Ratusan Rumah di Bengkulu Rusak Terdampak Gempa

Seluruh Pimpinan Unit di UNG Menandatangani Perjanjian Kinerja

Hari Keanekaragaman Hayati dan Penyu di Pantai Manado Utara

Lokasi Reklamasi Pantai Manado Utara Tempat Bertelur Penyu yang Dilindungi

BRIN dan PT PAL Indonesia Kembangkan Teknologi Pelapisan Kapal Ramah Lingkungan

AmsiNews

REKOMENDASI

Tim Gabungan Temukan Dua Korban Tanah Longsor di Tana Toraja

TNI Angkatan Laut Gagalkan Penyelundupan 1 Kilogram Narkoba

Dengan Lampu Hijau Ini, Angka Tangkapan Penyu Menurun

Pulau-pulau di Pasifik Fokus Pada Peringatan Dini dan Kenaikan Permukaan Laut

Memulihkan Ekosistem Mengakhiri Kemiskinan

Kapal Kontainer Tabrakan di Perairan Surabaya, 8 Awak Dievakuasi

Tags

AC Achmad Mudzakir AIPI AIPKI Afrika Selatan Adhan Dambea Air Abu Dhabi Afganistan ACE A Sapto Anggoro Administrasi Meteorologi Korea Adopsi Karang Abu Sayyaf Agro-Maritim 4.0 AFKNI Adi Prasetya Adopsi Afrika Utara Abu Vulkanik Adopsi Pulau 1 syawal Agustina A. Bilondatu Acute Flaccid Paralysis Ahmad Luthfi H Rahmatullah Ade Permana Aedes aegypti Aceh Abdullah Kadir Diko Adrian U. Mustapa Aborigin  Yolngu Australia Aceh Singkil Abdul Haris Mustari AI Afrika Agung Dhamar Syakti Adriyun Katili 1446 Hijriah 1444 H Abdul Wahab Thomas AccuWeather Air Bersih Abdullah bin Ali Al Amri AHEC 2023 Abrasi

Kategori

  • Advertorial
  • Berita
  • Biota Eksotis
  • Bisnis dan Investasi
  • Cek Fakta
  • Eksplorasi
  • Hiu Paus
  • Ide & Inovasi
  • Iklim
  • Kajian
  • kategori
  • Kesehatan
  • Konservasi
  • Laporan Khusus
  • Orca
  • Pemilu & Pilkada
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
  • Travel
  • Video

About

  • Tentang
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Terms of Use
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Trustworthy News Indicators
Dari Laut

darilaut.id

Menginformasikan berbagai perihal tentang laut, pesisir, ikan, kapal, berita terkini dan lain sebagainya.

redaksi@darilaut.id
+62 851 5636 1747

© 2023 DARILAUT - Berita terbaru dan terkini hari ini - darilaut.id.

Selamat Datang Kembali

Masuk dengan Facebook
Masuk dengan Google+
Atau

Masuk Akun

Lupa Password? Mendaftar

Buat Akun Baru

Mendaftar dengan Facebook
Mendaftar dengan Google+
Atau

Isi formulir di bawah ini untuk mendaftar

Isi semua yang diperlukan Masuk

Ambil password

Masukan username atau email untuk mereset password

Masuk
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Berita
  • Pemilu & Pilkada
  • Laporan Khusus
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
  • Biota Eksotis
  • Cek Fakta
  • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
  • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Travel
  • Iklim
  • Advertorial

© 2023 DARILAUT - Berita terbaru dan terkini hari ini - darilaut.id.

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.