Darilaut – Tsunami bukan hanya dipicu fenomena tektonik atau kegempaan. Longsor lereng gunung ke laut dan longsor lereng pantai juga dapat menimbulkan tsunami.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama Kementerian/Lembaga terkait, tengah berupaya melakukan penyempurnaan dan pengembangan lanjut Sistem Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami (InaTEWS).
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengatakan tsunami di Pandeglang, Selat Sunda, Banten yang terjadi tahun 2018 lalu adalah salah satu contoh tsunami non tektonik.
Yang terjadi akibat longsor lereng gunung ke laut, yang dipicu erupsi Gunung Api Anak Krakatau, bukan karena gempabumi.
Selain itu, kata Dwikorita, saat terjadinya gempa bumi magnitudo 6,1 di Pulau Seram Maluku Tengah, 16 Juni lalu yang juga mengakibatkan longsor lereng pantai sehingga berdampak tsunami dengan kenaikan muka air laut sekitar 50 cm.
Menurut Dwikorita, umumnya gempabumi dengan magnitudo 6.1 di laut dekat pantai belum mampu membangkitkan tsunami. Namun ternyata mampu mengakibatkan longsor pantai ke laut pada lereng pantai dengan bathimetri curam, dan akhirnya memicu tsunami kecil.
Hal ini menjadi krusial setelah tsunami non tektonik yang terjadi beberapa kali di Indonesia. Berdasarkan pencatatan BMKG, lebih dari 90% tsunami diakibatkan oleh fenomena tektonik atau kegempaan.
Komentar tentang post