Berdasarkan analisis ilmiah yang terjadi pada abad ke-6, beberapa peristiwa perlambatan yang memengaruhi pencatatan sejarah. Di antaranya data lingkaran tahun pada pohon melambat, terjadi penurunan temperatur kutub secara signifikan, peningkatan asam sulfat di daerah Greenland, serta berakhirnya beberapa peradaban.
“Hasil analisis adanya anomali pada abad ke-6 menjadi dasar yang menguatkan jika Gunung Proto Krakatau meletus pada tahun 535,” kata Mirzam seperti dikutip dari Itb.ac.id.
Mirzam mengatakan, letusan Gunung Krakatau pada 26 Agustus 1883 menjadikan gugusan Gunung Krakatau yang semula mencakup wilayah yang cukup luas menjadi terpecah-pecah menjadi beberapa pulau saat ini.
Dampak yang ditimbulkan dari letusan tersebut adalah terjadinya gelombang besar di wilayah Selat Sunda yang ditaksir menelan korban 200.000 jiwa. Pasca letusan 1883 juga dilakukan penelitian terkait dampak-dampaknya.
Menurut Mirzam, gelombang pasang yang tercatat terjadi di seluruh dunia dengan ketinggian gelombang yang relatif beragam.
Selain itu, Anak Krakatau juga terus mengalami pertumbuhan dikarenakan posisinya yang terletak pada persilangan antara Pulau Jawa dan Sumatera. Adanya aktivitas vulkanis yang tidak hanya berasal dari satu sumber menyebabkan Gunung Anak Krakatau tumbuh signifikan dan arah letusannya pun cenderung menuju barat daya.
Komentar tentang post