KAPAL uap “Berouw” sedang berlabuh di Pelabuhan Teluk Betung. Tak lama, setelah letusan Gunung Api Krakatau, gelombang tsunami menerjang.
Kapal ini berpindah tempat ke lembah Sungai Kuripan.
Jarak kapal terlempar sejauh 3,3 kilo meter dari tempat semula. Kapal berpindah di ketinggian 9 meter, dengan jarak dari pantai 2,8 kilo meter.
Pelampung sebagai tempat tambat kapal “Berouw” dilempar ke darat, di ketinggian 20 meter.
Di Kota Teluk Betung, tsunami menerjang dengan ketinggian gelombang 20 meter. Di Merak setinggi 40 meter.
Bongkahan batu karang seberat 600 ton terangkat dari dalam laut, dan dihempaskan ke daratan.
Peristiwa letusan Krakatau disusul tsunami, pada 27 Agustus 1883.
Bunyi letusan merambat hingga terdengar di Pulau Rodriguwz. Padahal, pulau ini terletak 1600 kilometer sebelah timur Madagaskar. Kurang lebih 4.563 kilo meter dari Krakatau.
Dua pertiga bagian pulau seluas 5 x 8 kilo meter persegi diterbangkan saat puncak letusan.
Tsunami akibat letusan gunung api Krakatau merambat ke segala penjuru dunia. Gelombang terekam hingga ke English Channel dan Panama.
Jarak English Channel dengan Krakatau 19.872 kilo meter, sedangkan dengan Panama 20.646 kilo meter.
Gunung api bawah laut telah memicu tsunami yang sangat dahsyat. Gelombang tsunami merambat di Samudera Hindia, dengan kecepatan 600 kilo meter per jam.
Tsunami yang ditimbulkan sangat luar biasa besarnya. Menimbulkan malapetaka terutama di pantai Sumatera dan dan Jawa.
Krakatau berada di Selat Sunda. Tsunami ini telah menghancurkan 165 kota dan desa di pesisir, menyebabkan kematian lebih dari 36 ribu orang.
Menurut Dr Anugerah Nontji (1993), karena Indonesia berada pada jalur gempa dan jalur vulkanik yang aktif, maka catatan-catatan sejarah telah menunjukkan bahwa peristiwa tsunami sering menimbulkan bencana di pantai-pantai kita.
Sejarah telah membuktikan tsunami sering membawa bencana kematian dan hilangnya harta benda. Sejak letusan Krakatau, tercatat sedikitnya 32 peristiwa tsunami di Indonesia.*
Komentar tentang post