Darilaut – Upaya mitigasi terhadap dampak perubahan iklim pada hidrometeorologi ekstrem penting mengingat wilayah Indonesia berhadapan dengan kompleksitas meteorologi, iklim dan cuaca.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjelaskan terjadinya hujan ekstrem yang terjadi pada Januari 2020. Pada peristiwa tersebut, intensitas hujan di Jakarta mencapai 377 milimeter hanya beberapa jam.
“Ini diakibatkan cold surge sebagai hasil adanya celah tekanan antara dataran tinggi Tibet, dengan Hongkong yang mengarah langsung ke wilayah barat daya Indonesia,” kata Dwikorita saat berbicara di forum 26th UN Climate Change Conference of Parties (COP 26 UNFCCC) di Glasgow, Skotlandia.
Konferensi iklim COP 26 berlangsung 31 Oktober hingga 12 November 2021. Terdapat berbagai agenda mengenai perubahan iklim dan upaya mengurangi emisi.
Menurut Dwikorita dinamika di Indonesia sangat dikontrol oleh wilayah di belahan dunia lain.
Tak hanya intensitas hujan, terjadinya peningkatan karbondioksida (CO2). Rata-rata peningkatan CO2 di Indonesia yaitu 2 ppm per tahun.
“Rata-rata (CO2) di Indonesia yaitu 411 dan rata-rata global adalah 415. Data tersebut diukur pada Januari 2021. Tetapi, peningkatan CO2 berada pada tren yang sama dengan global,” ujar Dwikorita.
Komentar tentang post