Yogyakarta – Ahli Geologi Universitas Gadjah Mada Prof Dr Ir Subagyo Pramumijoyo DEA mengatakan, terjadinya tsunami di Palu dimungkinkan karena adanya longsoran sedimen di bawah laut yang cukup besar dan muncul akibat pergeseran lempeng. Selain itu, lokasi Kota Palu berada di ujung teluk yang sempit.
Bentuk teluk yang menyempit ke daratan menjadikan gelombang tsunami mengarah ke Kota Palu. “Dengan bentuk teluk yang menyempit, energi gelombang tsunami akan semakin kuat ke arah yang semakin dangkal,” kata Subagyo, Selasa (2/10).
Subagyo mengatakan, Kota Palu dan Donggala merupakan titik pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Pasifik dan lempeng Eurasia.
“Palu dan Donggala berada di zona benturan tiga lempeng besar dunia sehingga menjadi daerah yang rawan terjadi gempa,” ujar Subagyo, yang juga dosen di Departemen Geologi Fakultas Teknik UGM.
Menurut Subagyo, pergerakan lempeng-lempeng itu, mendorong pergerakan sesar geser Palu Koro yang mengakibatkan gempa pekan lalu. Sesar ini tergolong aktif karena pergerakannya mencapai 45 milimeter per tahun.
“Gempa di Sulawesi ini mekanismenya sesar geser yang tidak menimbulkan perubahan volume air laut atau dengan kata lain tidak memicu tsunami,” katanya.
Komentar tentang post