Jakarta – Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Abdul Manan mengatakan, ada banyak kegelisahan mengenai pers dan praktik jurnalisme hingga model bisnis di era digital.
Hal ini tak hanya terjadi di Indonesia dan Asia Tenggara tetapi mengalami perubahan cukup signifikan di berbagai negara di seluruh dunia. Era digitalisasi juga mendatangkan kekhawatiran terhadap iklim kebebasan pers.
“Diskusi ini mengemuka dalam Kongres IFJ (International Federation of Journalists)
di Tunis Juni lalu. Hampir 50 persen peserta mengkhawatirkan tentang ancaman terhadap kebebasan pers,” ujar Manan, saat pembukaan konferensi di Hotel JS Luwansa, Setiabudi, Jakarta Selatan, Selasa (6/8).
Konferensi regional dan nasional dengan mengusung tema “The Biggest Challenge of Journalism in Digital Era” tersebut untuk memperingati 25 tahun kelahiran AJI.
Kegiatan ini membahas tentang tantangan jurnalis maupun media, serta kondisi pers dan bisnis media secara keseluruhan yang menghadapi era disrupsi digital. Kondisi yang membawa dampak yang besar terhadap media dan jurnalisme saat ini.
Konferensi regional bertajuk “The Challenge of Journalist and Media in Southeast Asia Region” menghadirkan para pembicara Nonoy Espina (NUJP Filipina), Steven Gan (Pemimpin Redaksi Malaysiakini.com, Malaysia), Jane Worthington (Direktur IFJ Asia Pasific berbasis di Sydney, Australia), Adam Portelli (Victorian Branch of Media Entertainment and Art Alliance, Australia) dan Asep Setiawan (Anggota Dewan Pers, Indonesia).
Komentar tentang post