redaksi@darilaut.id
Senin, 30 Januari 2023
26 °c
Jakarta
28 ° Sab
27 ° Ming
28 ° Sen
27 ° Sel
Dari Laut Indonesia
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Masuk
  • Daftar
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Pemilu dan Pemilihan
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Pemilu dan Pemilihan
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Dari Laut
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil

Home » Berita » KKP dan FAO Tingkatkan Pengelolaan Perikanan Terintegrasi

KKP dan FAO Tingkatkan Pengelolaan Perikanan Terintegrasi

redaksi redaksi
9 Maret 2019
Kategori : Berita
KKP-FAO

FOTO: KKP.GO.ID

Bogor – Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama pemerintah daerah di 7 provinsi telah menyetujui rencana untuk meningkatkan pengelolaan perikanan secara terintegrasi. Implementasi program ini dengan dukungan Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO).

Tujuh provinsi dalam program ini masing-masing Banten, Jawa Barat (Jabar), Jawa Tengah (Jateng), Jawa Timur (Jatim), Nusa Tenggara Timur (NTT), Kalimantan Timur (Kaltim) dan Nusa Tenggara Barat (NTB) yang berada di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 712, 713, 714 dan 573.

“Bersama-sama dengan pemerintah daerah, inisiatif ini diharapkan dapat memberikan dampak yang positif dalam pengelolaan sumberdaya ikan khususnya pemulihan habitat dan stok ikan perairan pesisir dan laut yang selaras dengan rencana pengelolaan perikanan yang telah di tetapkan oleh kementerian,” kata Dirjen Perikanan Tangkap, M Zulficar Mochtar di Bogor, Rabu (6/3).

Secara global terdapat 66 Ekosistem Laut besar (Large Marine Ecosystem, LME). LME didefinisikan sebagai daerah pesisir yang memiliki produktivitas lebih tinggi daripada di daerah laut terbuka.

Ekosistem laut besar Indonesia (Indonesian Seas Large Marine Ecosystem, ISLME) yang terbesar di dunia, mencakup 500 spesies terumbu karang, 2.500 spesies ikan laut, 47 spesies mangrove dan 13 spesies lamun. Di Indonesia, masyarakat pesisir secara langsung bergantung pada laut sebagai sumber makanan dan pendapatan utama mereka.

Menurut Zulficar, saat ini wilayah ISLME menghadapi berbagai ancaman seperti penangkapan ikan secara ilegal, tidak dilaporkan dan tidak diatur. Hal ini merupakan ancaman serius bagi sumber daya perikanan.

“KKP memperkirakan bahwa kerugian dari penangkapan ikan illegal (IUU) di perairan Indonesia berjumlah sampai USD 20 miliar per tahun” katanya.

Lima area prioritas dalam kegiatan ini terletak di pantai utara Jawa, Kalimantan Timur, Flores Timur, Lombok dan daerah perbatasan Batugede-Atapupu. Perencanaan terhadap lima area tersebut dibahas dalam pertemuan di Bogor. Program ini bagian dari proyek regional yang dilaksanakan oleh Indonesia dan Timor-Leste, yang meliputi 213 juta hektar perairan teritorial dalam kawasan ISLME.

“Ada sekitar 185 juta orang yang tinggal di daerah itu sangat bergantung pada industri pesisir dan kelautan termasuk perikanan, akuakultur, produksi minyak dan gas, transportasi, dan pariwisata,” kata Zulficar.

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia sangat bergantung pada industri pesisir dan kelautan, yang menyumbang 25 persen dari PDB negara dan menyerap lebih dari 15 persen tenaga kerja.

KKP-FAO
FOTO: KKP.GO.ID

Kegiatan di lima area prioritas ini mencakup demonstrasi pendekatan ekosistem untuk pengelolaan perikanan dan budidaya, perencanaan tata ruang laut, dan kawasan lindung laut untuk rajungan, lobster, kepiting bakau dan perikanan kakap-kerapu.

Dukungan juga akan diberikan untuk memperkuat institusi yang bertanggung jawab atas pengelolaan wilayah pengelolaan perikanan, pelabuhan perikanan dan pengelolaan sampah laut.

Wilayah perairan ISLME mencakup dua negara Indonesia dan Timor-Leste yang membutuhkan kerjasama kuat dalam menjawab tantangan pengelolaan sumberdaya alam bersifat lintas batas.

Menurut Perwakilan FAO untuk Indonesia, Stephen Rudgard, proyek ini akan membantu Indonesia dan Timor-Leste dalam berkolaborasi dalam meningkatkan pengelolaan sumber daya pesisir dan laut.

“Program ini juga bertujuan untuk meningkatkan kontribusi perikanan dalam meningkatkan ketahanan pangan dan mengurangi malnutrisi di kawasan ini,” kata Stephen.*

Tags: DJPT KKPFAOKKPWPP
Bagikan37Tweet3KirimKirim

Berlangganan untuk menerima notifikasi berita terbaru Dari Laut Indonesia

Berhenti Berlangganan

Related Posts

Ilustrasi bibit siklon tropis. GAMBAR: ZOOM.EARTH
Berita

4 Bibit Siklon Tropis di Dekat Wilayah Indonesia

29 Januari 2023
Rumah yang mengalami kerusakan karena terdampak banjir di Jalan Raya Bailang, Lingkungan 1, Kelurahan Bailang, Kecamatan Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara, Sabtu (28/1). FOTO: BNPB
Berita

Kepala BNPB Ingatkan Banjir dan Longsor di Manado Kejadian Berulang

29 Januari 2023
Tol Laut. FOTO: DARILAUT.ID
Berita

Tahun 2023 Kemenhub Layani 177 Trayek Angkutan Laut

28 Januari 2023
Next Post
Kapal ikan

Pemantauan Kapal KKP Raih Penghargaan

forum kerja sama kemitraan “Friends of Ocean Action”

Indonesia Perjuangkan Hak Laut dan Dukungan Pemberantasan Kejahatan Lintas Negara

Komentar tentang post

REKOMENDASI

KLHK Tertibkan Penambangan Batu Kapur Ilegal di Bogor

Sekolah Cuaca Maritim Digelar di Kalimantan Barat

Repatriasi Awak Kapal Pesiar Indonesia di Jerman

3 Bulan Tak Digaji di Iran, 5 ABK Dipulangkan ke Indonesia

Petugas Temukan Ratusan Burung Tanpa Dokumen

Banjir di Cilacap Meluas

TERBARU

4 Bibit Siklon Tropis di Dekat Wilayah Indonesia

Kepala BNPB Ingatkan Banjir dan Longsor di Manado Kejadian Berulang

Tahun 2023 Kemenhub Layani 177 Trayek Angkutan Laut

Pemberitaan Berperspektif Keberagaman Perlu Diperkuat

Kapal Berhati-hati, Gunung Api Myojinsho Kemungkinan Akan Meletus

Banjir Tinggi 3 Meter dan Longsor Melanda Kota Manado

TERPOPULER

  • Ikan karang Amphiprion ocellaris, Sulawesi, Indonesia (Randall, 1998) dan Amphiprion percula, Papua New Guinea (Allen & Erdmann, 2012) contoh yang mendukung spesiasi alopatrik.

    Teori Spesiasi Geografis Ikan Karang

    27 bagikan
    Bagikan 11 Tweet 7
  • Biogeografi Ikan di Kawasan Segitiga Terumbu Karang

    6 bagikan
    Bagikan 2 Tweet 2
  • Kuda Laut, Ikan yang Dipercaya Dapat Menyembuhkan Berbagai Penyakit

    231 bagikan
    Bagikan 98 Tweet 56
  • Mengapa Orca Tidak Memangsa Manusia di Alam Liar?

    31 bagikan
    Bagikan 13 Tweet 8
  • Pemanasan Laut, Ini Dampak Bagi Ekosistem dan Manusia

    25 bagikan
    Bagikan 10 Tweet 6
  • Enam Aplikasi Digital Nelayan Indonesia

    416 bagikan
    Bagikan 174 Tweet 101
  • Tantangan Teknologi Penangkapan Ikan yang Efektif dan Ramah Lingkungan

    16 bagikan
    Bagikan 15 Tweet 0
  • Tentang
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Terms of Use
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
Email : redaksi@darilaut.id

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Berita
  • Pemilu dan Pemilihan
  • Laporan Khusus
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
  • Biota Eksotis
  • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
  • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Travel

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Selamat Datang Kembali

Masuk dengan Facebook
Masuk dengan Google+
Atau

Masuk Akun

Lupa Password? Mendaftar

Buat Akun Baru

Mendaftar dengan Facebook
Mendaftar dengan Google+
Atau

Isi formulir di bawah ini untuk mendaftar

*Dengan mendaftar di situs kami, anda setuju dengan Syarat & Ketentuan and Kebijakan Privasi.
Isi semua yang diperlukan Masuk

Ambil password

Masukan username atau email untuk mereset password

Masuk