Jakarta – Tiga negara, masing-masing Monaco, Australia dan Indonesia menjadi ketua bersama International Coral Reef Initiative (ICRI). Penyerahan Sekretariat ICRI dari Perancis (2016-2018) dilakukan oleh H.E. Madam Brune Poirson, Minister of State, attached to the Ministre d’État, Minister for the Ecological and Inclusive Transition kepada Monaco, Australia dan Indonesia, Rabu (4/7).
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menghadiri penyerahan Sekretariat ICRI ini di Paris. Kehadiran Menteri Susi merupakan bentuk konfirmasi Pemerintah Indonesia atas hasil Sidang Umum ICRI ke 32 di Nairobi, Kenya pada 7 – 9 Desember 2017 lalu. Dengan kehadiran Indonesia sebagai ketua bersama diharapkan diplomasi dibidang kemaritiman dapat tersampaikan dengan baik.
Sidang umum ke 32 ICRI menyepakati Monaco dan Australia sebagai Ketua Bersama Sekretariat ICRI berikutnya. Monaco dan Australia telah melakukan pendekatan dan mengharapkan Indonesia untuk bergabung dalam menjalankan sekretariat ICRI.
Menteri Susi mengatakan kehadirannya dalam kegiatan tersebut sebagai bentuk komitmen Indonesia sebagai ketua bersama ICRI. Persoalan terumbu karang memang telah menjadi salah satu perhatian Indonesia. “Indonesia memiliki luasan dan ragam jenis terumbu karang yang sangat berpengaruh secara regional maupun global,” kata Susi.
Peluang kepemimpinan Indonesia di skala regional melalui Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries, and Food Security (CTI-CFF) bersama lima negara lainnya yaitu Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon, dan Timor Leste dapat dikembangkan ke skala global melalui keikutsertaan Indonesia dalam sekretariat ICRI.
“Kita berharap Indonesia dapat memasukkan program-program dalam konteks implementasi UNEA Resolution on Coral Reef Management dengan lebih mudah karena Indonesia menjadi inisiatornya,” ujar Susi.
Kesempatan ini dapat dimanfaatkan untuk mendorong adanya konvensi khusus terumbu karang. Ini merupakan bentuk diplomasi Indonesia dalam kemaritiman dan kelautan. “Sesuai dengan Nawacita Pak Presiden untuk menunjukkan kepemimpinan Indonesia dalam dunia bahari,” katanya.
Indonesia dapat memanfaatkan banyak peluang di ICRI untuk kepentingan negara. Ketua bersama dalam ICRI ini sangat penting. Karena sejak awal pembentukannya pada 1994 lalu, ICRI telah memberi warna dalam proses pengambilan keputusan, resolusi, kebijakan global, dan berbagai panduan serta kesepakatan dalam pengelolaan dan pelestarian terumbu karang.
Indonesia akan terlibat dalam ketua bersama ICRI pada periode 2018 – 2020. Dengan demikian, besarnya potensi terumbu karang Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai sumber ekonomi yang bernilai tinggi. Oleh karena itu, kondisi ekosistem terumbu karang harus benar-benar dijaga.
Sebagai informasi, ICRI merupakan kemitraan global informal negara-negara dan organisasi-organisasi yang peduli dan bergerak untuk melestarikan terumbu karang dan ekosistem terkait di seluruh dunia. ICRI didirikan oleh delapan negara yaitu Australia, Perancis, Jepang, Jamaika, Filipina, Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat.
Keputusan ICRI tidak mengikat bagi anggota (decisions not binding on Members). Meskipun tidak mengikat, berbagai hasil dan aksi ICRI memainkan peranan penting dalam berbagai keputusan tingkat global tentang pentingnya terumbu karang, lingkungan berkelanjutan, ketahanan pangan, dan budaya.
Saat ini, ICRI memiliki anggota yang terdiri dari 38 negara termasuk Indonesia, 7 organisasi internasional dan multilateral, 6 organisasi regional, dan 21 entitas keilmiahan dan lembaga swadaya masyarakat.*
Komentar tentang post