Bali – Pemerintah Indonesia telah menyerahkan tuan rumah Konferensi Kelautan (Our Ocean Conference, OOC) 2019 kepada Norwegia. Serah terima ini dengan pemberian replika kapal pinisi sebagai perlambang dalam menjaga komitmen terhadap isu-isu kelautan yang dihasilkan selama berlangsungnya OOC 2018 pada 29-30 Oktober di Nusa Dua, Bali.
Replika kapal pinisi ini diberikan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti kepada Menteri Perikanan Norwegia Herald T Nesvik.
“Kapal pinisi merupakan simbol perjalanan maritim Indonesia dan juga simbol komitmen kami terhadap isu-isu kelautan,” kata Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi dalam pidato Handover Ceremony.
Menurut Retno, tuan rumah Norwegia sebagai penyelenggara OOC 2019 berada di negara yang tepat. “Tiga tahun lalu saya Duta Besar Indonesia untuk Norwegia, jadi saya tahu betul Norwegia memiliki perhatian yang tinggi dalam isu-isu kelautan di dunia karena mereka juga mampu mengelola lautnya dengan baik,” ujar Menlu Retno.
Indonesia dinilai sukses menjadi tuan rumah penyelenggara OOC 2018. Berbagai komitmen baru berhasil dituangkan untuk perlindungan laut. Sejak penyelenggaraan OOC pertama kali pada 2014 hingga 2017 terkumpul 663 komitmen.
Menurut Tim Pengawal Komitmen OOC 2018 Anastasia Kusumawardani, sepertiga atau 206 komitmen telah diselesaikan. Hal ini menggambarkan bahwa sepertiga negara-negara di dunia sudah menunjukan kepedulian dalam aksi menyelamatkan laut.
Pada Konferensi Kelautan 2018 ini menghasilkan 287 komitmen dengan nilai yang dicapai sekitar 10,7 miliar USD. Komitmen yang disampaikan tahun ini tak lagi didominasi pemerintah, namun juga berimbang dengan stakeholder seperti Non-Government Organization, sektor swasta, dan filantropis atau perserorangan.
Sebagai tuan rumah, Indonesia memberi kejutan dengan menyampaikan 23 komitmen. Padahal pada penyelenggaraan OOC 2017 di Malta, Pemerintah Indonesia hanya menyampaikan 10 komitmen.
“Untuk tahun ini nilai komitmen yang disampaikan Indonesia untuk melakukan aksi perlindungan laut sekitar 500 juta USD,” kata Kusumawardani.
Staf Ahli Kementerian Kelautan dan Perikanan bidang Kemasyarakatan dan Hubungan Antar Lembaga Suseno Sukoyono mengatakan, terdapat dua dari enam Area of Action yang paling banyak menjadi fokus utama pembuat komitmen penyelenggaraan OOC 2018. “Marine Pollution dan Marine Protected Areas,” katanya.
Hal ini, menurut Suseno yang juga Ketua Bidang 2 OOC 2018, bisa jadi dipicu semakin tingginya perhatian negara-negara di dunia terhadap pelestarian laut.
Pada OOC 2018 ini keikutsertaan stakeholder swasta, baik perusahaan, NGO, maupun filantropis semakin tinggi. “Artinya, upaya perlindungan laut bukan lagi hanya menjadi pekerjaan pemerintah namun juga sudah menjadi perhatian bersama,” katanya.
International Relation Officer European Union, Ramon Van Berneveld memberikan apresiasi atas kerja keras pemerintah Indonesia dalam penyelenggaraan OOC 2018. Pemerintah Indonesia telah sukses menyelenggarakan OOC. Tak hanya berlangsung dengan baik, namun mampu menghadirkan lebih banyak kegiatan dan mendatangkan jumlah perserta lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya.
“Kami sangat mengapresiasi sekali atas kerja keras pemerintah Indonesia,” ujar Ramon.*
Komentar tentang post