Oleh: Zulkifli Tanipu, M.A.,Ph.D (Dosen Tetap Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo)
Anak-anak di wilayah pesisir Teluk Tomini tumbuh dalam lingkungan sosial yang kaya budaya tutur, interaksi komunitas, dan kearifan lokal. Namun, di tengah pesatnya perkembangan teknologi, mereka juga berada di persimpangan penting antara dunia tradisional dan dunia digital.
Literasi digital kini tidak lagi menjadi keterampilan tambahan, tetapi menjadi kebutuhan dasar yang menentukan kemampuan anak beradaptasi, belajar, dan bersaing.
Tanpa kemampuan ini, anak-anak pesisir berisiko tertinggal jauh dalam akses informasi, pendidikan, dan kesempatan masa depan. Di banyak desa pesisir, ketimpangan akses digital membuat kemampuan ini belum berkembang optimal. Karena itu, literasi digital harus menjadi bagian dari strategi pendidikan yang serius di Teluk Tomini.
Pada era ketika informasi datang dari berbagai arah, anak-anak perlu belajar bukan hanya cara menggunakan perangkat digital, tetapi juga cara memahami, memilah, dan menilai informasi. Kemampuan ini membantu mereka menghindari misinformasi, konten negatif, serta pengaruh buruk media sosial.
Di sekolah-sekolah pesisir, banyak anak belum terbiasa mencari informasi dari sumber digital yang tepat, sehingga dunia digital justru menjadi ruang konsumsi pasif, bukan ruang belajar aktif.




