Darilaut – Setengah abad lalu, ahli geologi Profesor John Ario Katili pernah mengingatkan bahwa terdapat patahan aktif di Teluk Palu, Sulawesi Tengah.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, mengatakan, dulu Prof J.A. Katili pada tahun 1970 mengingatkan pemerintah untuk tidak membangun ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah di Palu. Alasannya, terdapat patahan aktif di Teluk Palu.
Seperti dilansir Tirto.id, kala itu Kota Palu sedang dikembangkan untuk menunjang statusnya sebagai ibu kota provinsi. Sebagai geolog Prof Katili paham benar bahwa Palu berada di zona tumbukan tiga lempeng tektonik. Membangun kota di sana sudah jelas berisiko karena rawan bencana.
Menurut Dwikorita rujukan penelitian tersebut penting untuk mengantisipasi kerusakan dan jatuhnya korban jiwa. Setelah rujukan itu, tahun 2000, pakar BMKG Dr Jaya Murjaya memetakan zona rawan tsunami di Palu.
Akademisi Universitas Gadjah Mada (UGM) dan tim dari Selandia Baru akhirnya menggelar pelatihan semacam Sekolah Lapang Gempa di Palu.
“Tapi sampai tahun 2010 program itu berhenti, tidak terjadi satu kali pun (gempa dan tsunami),” kata Dwikorita.
Pada tahun 2018, tiba-tiba Palu benar-benar terkena dampak gempa dan tsunami.
“Jadi poin inilah yang menjadikan pelajaran yang sangat mahal bagi saya, juga para pemangku kepentingan tentang mitigasi bencana. Semua itu sia-sia karena tidak ada keberlanjutan,” ujar Dwikorita.
Komentar tentang post