Darilaut – Kawasan garis Wallace di Lombok memiliki keanekaragaman hayati (biodiversitas) biota laut seperti krustasea. Terdapat sejumlah temuan spesies baru krustasea di kawasan ini.
Peneliti utama bidang taksonomi di Balai Bio Industri Laut (BBIL) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dwi Listyo Rahayu, mengatakan krustasea merupakan salah satu grup yang besar dan beragam dari kelompok invertebrata.
Invertebrata adalah binatang tidak bertulang belakang. Menurut Listyo yang biasa disapa Yoyo, krustasea mudah dikenal dari tubuhnya yang beruas dan bersendi.
Setiap sendi dihubungkan oleh otot sehingga mudah bergerak, dan mempunyai tulang luar (exoskeleton) atau karapas yang dibentuk oleh kitin atau zat kapur.
Jumlah krustasea yang ada di dunia diperkirakan lebih dari 60 ribu jenis. Krustasea ini hidup di kolom udara atau pelagis, didasar atau bentik.
Krustasea hidup di berbagai habitat, yaitu di darat seperti dataran rendah maupun pegunungan, air tawar, payau atau air laut, dari daerah pasang surut sampai laut dalam, serta tersebar dari ekuator sampai kutub.
Berikut daftar jenis-jenis baru krustasea yang ditemukan Listyo di perairan Lombok. Spesies baru tersebut berdasarkan pada tahun penemuannya:
(1) Pantai Kuta, Lombok Tengah: Clibanarius rubroviria Rahayu (1999).
(2) Kecinan, Pandanan, Sira, Lombok Utara: Diogenes takedai Rahayu; Indopinnixa kasijani; Sira, Lombok Utara: I. moosai; Caplax capillosa Ng & Rahayu (2012).
(3) Hampir semua pantai di Lombok Utara dan Lombok Barat; Typhlocarcinops hirtus Ng & Rahayu (2014).
(4) Kuta, Lombok Tengah: Amphipoda (2017).
(5) Lombok Utara dan Lombok Barat: Mariaplax aspera Ng & Rahayu (2018).
(6) Kecinan Lombok Utara: Notonyx guinotae,Sira, Kuta dan Sekotong: Ericiolumnus symbioticus Ng & Rahayu (2019).
(7) Ditemukan di Teluk Kodek, Lombok Utara; Notonyx castroi Rahayu & Ng (2020).
Menurut Listyo untuk penemuan kembali atau rediscovery ada empat spesies: Ilyoplax integra, Coecopilumnus hirsutus, Selwynia sibogae, dan Raoulia limosa.
Studi tentang keanekaragaman jenis biota laut diperlukan untuk mengetahui kekayaan alam dan potensi kegunaannya.
Selain itu, kata Listyo, pengetahuan tentang biologi, tempat hidup, dan tingkah laku biota laut sangat berguna untuk merencanakan pengelolaan wilayah tempat hidupnya.
Balai Bio Industri Laut LIPI di Pulau Lombok telah melakukan penelitian dan pengembangan, serta penerapan teknologi budidaya dari berbagai biota laut yang memiliki prospek ekonomi.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI, Ocky Karna Radjasa, mengatakan biota laut tersebut di antaranya, sotong, tiram mutiara, teripang hitam, abalon tropis, siput mata bulan, teripang pasir, dan lobster karang.
“Beberapa hasil kajian budidaya biota laut tersebut, telah siap dimanfaatkan dan dikembangkan di masyarakat,” kata Ocky dalam sambutannya pada Webinar Series II dengan tema “Biodiversitas dan Kekayaan Hayati Laut Pulau Lombok” Selasa (24/ 8) seperti dikutip dari Oseanografi.lipi.go.id.
Menurut Kepala BBIL LIPI, Ratih Pangestuti, webinar ini merupakan salah satu langkah untuk mewujudkan tiga pilar ilmu pengetahuan yakni, science for science, science for science community dan science for stakeholders.
Hal ini dengan harapan penelitian tersebut dapat berkontribusi untuk masyarakat luas. Melalui webinar ini menjelaskan biodiversitas krustasea dari secuil surga dari Kawasan Garis Wallace, tepatnya di kawasan Lombok.
Kawasan ini sangat kaya akan keanekaragaman hayati, baik itu terestial maupun lautan.
Komentar tentang post