Darilaut – Implementasi riset mangrove karbon biru (blue carbon) sebagai salah satu upaya Indonesia untuk menurunkan emisi gas rumah kaca.
“Riset ekosistem mangrove sebagai salah satu ekosistem karbon biru dibutuhkan untuk mendukung upaya pemerintah Indonesia dalam komitmen iklim global menurunkan emisi gas rumah kaca,” kata Sekretaris Eksekutif Program Man and the Biosphere (MAB) UNESCO Indonesia, Virni Budi Arifanti.
Virni yang juga Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengatakan, dibutuhkan kerja sama erat antara para pihak terkait, meliputi pemerintah pusat, pemda, perguruan tinggi, swasta, dan masyarakat dalam pengelolaan ekosistem mangrove berkelanjutan.
Ketua Komite Pelaksana Program MAB UNESCO Indonesia-BRIN, Maman Turjaman, mengatakan, riset dan inovasi sangat penting dalam memperkuat logistik pengelolaan dan keberlanjutan 20 Cagar Biosfer di Indonesia.
“BRIN siap melaksanakan program riset dan memobilisasi perisetnya. Dengan fokus pada kegiatan riset bio-resources, yang merupakan hotspot biodiversitas dunia,” kata Maman, pada pertemuan Jaringan Cagar Biosfer Asia Tenggara ke-15 (The 15th Southeast Asian Biosphere Reserves Network/SeaBRnet), secara hybrid, di Wakatobi, Selasa (30/4).
Koordinator Program dan Litbang MAB-Indonesia, Wanda Kuswanda menjelaskan, akan ada diskusi antara Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan BRIN dengan pengurus MAB-Indonesia untuk menyusun rumah program riset.