SETELAH pelayaran 28 jam dari Gorontalo –perairan Teluk Tomini hingga di Utara pulau Sulawesi, Kapal Layar Motor (KLM) Pinisi Pusaka Indonesia merapat di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bitung.
Melewati ombak 1 sampai 2,5 meter, kapal pinisi masuk Selat Lembeh Kamis (17/1) sore. Dengan dipandu Syahbandar Perikanan Bitung, kapal sandar di PPS Bitung pukul 16.20 Wita.
Tim Ekspedisi Pinisi Bakti Nusa singgah di Bitung. Di Bitung, kapal sandar hingga Sabtu (19/1) malam, untuk melanjutkan pelayaran ke Manado.
Salah satu tim di kapal ini Direktur Yayasan Makassar Skalia (YMS) Sapril Akhmady. Berikut catatan Sapril saat berada di Bitung.
Pagi ini, di Bitung, kota pelabuhan terkenal dengan nelayan dan pelaut handalnya.
Asal usul Bitung berasal dari nama pohon. Pohon ini oleh nelayan biasanya dijadikan tempat berlindung dari arus kencang saat sedang melaut.
“Pohon Bitung dahulu kala dijadikan daseng (tempat berteduh) Simon Tudus, seorang pria yang memiliki kemampuan yang diutus walak-walak Tonsea untuk mengamankan laut dan wilayah daratan Bitung,” demikian cuplikan kalimat seorang nelayan yang naik ke kapal Pinisi Pusaka Indonesia di PPS Bitung.
Susi Pudjiastuti menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan dan mengeluarkan kebijakan pelarangan transhipment (tidak melakukan alih muatan dari satu kapal ke kapal lainnya, baik secara langsung ship to ship, maupun melalui tempat penyimpanan sementara di laut). Begitu pula dengan penangkapan ikan oleh kapal eks asing.
Komentar tentang post